Liputan6.com, Jakarta Pengelola Nama Domain Internet Indonedia (PANDI) mengklaim pertumbuhan domain .ID semakin baik. Jumlah domain .ID terdaftar pada akhir 2018 mencapai 281 ribu, naik dari 252.112 setahun sebelumnya.
Popularitas domain .ID tidak hanya di dalam negeri saja, tapi juga mulai berkembang di luar negeri seperti Amerika Serikat (AS), Singapura, Australia, dan Jepang. Sekira 4 persen dari total domain .ID yang terdaftar berasal dari luar negeri.
Baca Juga
Advertisement
“Sesuai dengan visi misi kami, PANDI harus menjamin semua domain .ID bisa diakses dari seluruh dunia. Minat terhadap domain ini juga semakin banyak, termasuk dari luar negeri. Bahkan di luar negeri, .ID digambarkan sebagai identitas,” ungkap Ketua PANDI, Andi Budimansyah di Jakarta, Kamis (31/1/2019).
Untuk distribusi domain .ID per akhir tahun lalu masih didominasi dari Indonesia sebanyak 271.193. Posisi lima besar lain ditempati oleh Amerika Serikat (AS) dengan 2.913, Singapura 793, Australia 635, dan Jepang 555 domain.
Berdasarkan data PANDI, rata-rata pengakses domain .ID per hari sebanyak 529 juta kali. Posisi sembilan besar ditempati AS di posisi pertama sebanyak 26,27 persen.
Kemudian diikuti Indonesia 17,17 persen, Singapura 7,38 persen, Jerman 5,47 persen, Kanada 4,04 persen, Rusia 3,73 persen, Swedia 2,97 persen, Belanda 2,58 persen, dan Prancis 2,55 persen.
Pengguna Domain .ID
Adapun 10 besar kota pengguna terbesar domain .ID di Indonesia adalah Jakarta, Bandung, Surabaya, Bekasi, Tanggerang, Bogor, Depok, Yogyakarta, Tanggerang Selatan, dan Medan.
Sementara di luar negeri adalah Singapura, New York, Shibuya Ku, San Francisco, London, Hong Kong, Mountain View, Los Angeles, Kuala Lumpur, dan Nicosia.
“Untuk Indonesia, kebanyakan domain .ID digunakan oleh perusahaan, sedangkan kalau di luar negeri macam-macam: perusahaan ada, personal pun ada,” tuturnya.
PANDI saat ini mengelola berbagai domain .ID mulai dari yang berbayar, hingga gratis seperti my.id. Selain domain mil.id, net.id, go.id, dan desa.id, pendaftaran domain .ID lain dapat dilakukan melalui 12 registrar PANDI yang berasal dari delapan non instansi, serta dua instansi pemerintah yakni Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dan Mabes TNI.
PANDI pun terus berusaha mempermudah pendaftaran domain, termasuk dengan tidak lagi harus menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Namun, Andi menegaskan pihaknya tetap melakukan verifikasi pengguna nama domain.
Biaya pembuatan domain baru pun beragam. Harga domain .id, misalnya, dibanderol Rp 150 ribu selama setahun. Sementara .co.id dijual dengan harga mulai dari Rp 100 ribu per tahun.
(Din/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Advertisement