Liputan6.com, Washington DC - Sebuah asteroid raksasa, yang oleh NASA dijuluki sebagai BC3, baru saja bersinggungan dekat dengan Bumi. Pada Kamis 31 Januari 2019, asteroid tersebut terlacak mempersempit lintasnnya menjadi hanya berjarak 4,3 juta mil (setara 4,67 juta kilometer) dari permukaan Planet Biru.
Asteroid BC3 terlihat begitu dekat dengan Bumi pada pukul 17.59 waktu Greenwich, atau sekitar pukul 00.59 WIB, pada Jumat 1 Februari. Kecepatannya tercatat lebih dari 29.500 mil per jam, atau setara 47.475 km/jam.
Jika dipecah, sebagaimana dikutip dari Express.co.uk pada Jumat (1/2/2019), kecepatan lintasan asteroid BC3 mencapai 13,22 kilometer per detik, yang bisa seketika menimbulkan ledakan dahsyat jika menabrak Bumi.
Baca Juga
Advertisement
Untungnya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena lintasan dekat tersebut bersinggungan dengan daya gravitasi Bumi, Bulan, dan Matahari (meski kecil), yang membuatnya cenderung mengapung, dibandingkan jatuh bebas.
Tetapi ukuran dan kecepatan asteroid tersebut adalah kekuatan yang harus diperhitungkan. Menurut NASA, B3 adalah satu dari sedikit benda antariksa yang pernah melintas sangat dekat, dan oleh para astronom disebut sebagai "Objek Dekat Bumi" (NEO).
Ini adalah kumpylan asteroid dan komet pada lintasan orbit yang membuatnya sangat dekat dengan Bumi.
NASA menjelaskan: "Ketika mereka mengorbit Matahari, Objek Dekat Bumi kadang-kadang dapat lebih dekat dengan Bumi".
"Perhatikan bahwa bagian 'dekat' secara astronomis, yang berarti bisa sangat jauh dari segi manusia, jutaan atau bahkan puluhan juta kilometer," lanjutnya menjelaskan.
Para ilmuwan di NASA Jet Propulsion Laboratory (JPL) di Pasadena, California, memperkirakan Asteroid BC3 berukuran sekitar delapan kali lebih panjang dari bus tingkat London, di mana menjadikannya sebagai objek antariksa raksasa yang pernah mendekati Bumi.
Simak video pilihan berikut:
Semua Asteroid Bisa Memicu Bahaya
Namun, para ilmuwan di NASA mengingatkan bahwa bahaya tabrakan benda angkasa luar bukan hanya disebabkan oleh asteroid berukuran raksasa, yang lebih kecil sekalipun berisiko memicu dampak yang luas.
Asteroid yang jauh lebih kecil melukai lebih dari 1.500 orang dan merusak lebih dari 7.000 bangunan ketika menabrak Bumi pada 2013 lalu.
Meteor Chelyabinsk --nama resmi yang disepakati oleh para astronom-- memasuki atmosfer Bumi tanpa terdeteksi, dan dengan kecepatan tinggi meledak di wilayah Rusia.
Ledakan tersebut terjadi di atas wilayah Chelyabinsk Oblast dengan kekuatan 30 kali dari bom nuklir Hiroshima.
Sebagai buntut dari serangan asteroid, NASA menjuluki batu ruang angkasa sebagai "tantangan kosmik terhadap bahaya yang mengintai di angkasa luar".
Pejabat Pertahanan Planet NASA, Lindley Johnson, mengatakan: "Kejadian di Chelyabinsk memicu pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan untuk mendeteksi asteroid sebelum mereka menyerang planet kita."
Advertisement