Rupiah Mampu Menguat karena Pelemahan Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.945 per dolar AS hingga 13.984 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 01 Feb 2019, 12:15 WIB
Teller menukarkan mata uang dolar ke rupiah di Jakarta, Jumat (2/2). Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang berada di level Rp13.700 hingga Rp13.800.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Jumat ini. Rupiah pada Jumat ini bergerak menguat karena pelemahan dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Jumat (1/2/2019), rupiah dibuka di angka 13.945 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.972 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.945 per dolar AS hingga 13.984 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 3,09 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.978 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.072 per dolar AS.

Analis Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan, nilai tukar rupiah pada Jumat ini bergerak menguat karena pelemahan dolar AS.

Dolar AS diperkirakan melemah terhadap beberapa mata uang utama dunia lainya terutama yen. Pelemahan dolar masih didorong oleh pernyataan dovish dari Gubernur Fed Jerome Powell pada Kamis waktu setempat setelah memutuskan untuk tidak menaikan tingkat suku bunga acuan atau Fed Fund Rate.

Sementara itu, pelemahan ekonomi AS semakin terlihat jelas. Data penduduk AS yang mengisi tunjangan pengangguran (unemployment benefit) meningkat menjadi 253 ribu di minggu ketiga Januari dibandingkan minggu sebelumnya sebesar 200 ribu orang.

"Peningkatan tersebut disinyalir akibat government shutdown yang terjadi sebulan terkahir," kata Ahmad.

Ia memprediksi rupiah pada Jumat ini akan bergerak menguat ke angka 3.950 per dolar AS sampai dengan 14.00 per dolar AS.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ekonom Indef Ragu Rupiah Bakal Terus Menguat

Teller tengah menghitung mata uang rupiah dan dolar di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (10/1). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah berada di zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Pemerintahan Jokowi-JK mematok asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar 15.000 per dolar AS. Angka ini berubah dari Rancangan APBN-2019 sebesar 14.00 per dolar AS.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Alviliani, mengatakan bahwa nilai tukar rupiah pada tahun ini memang sulit untuk diprediksi. Sebab, kondisi perekonomian global yang terus bergejolak membuat nominal mata uang Garuda ini cenderung terus bergerak.

"Satu hal terkait dengan rupiah. rupiah saat ini sedang cenderung menguat terus ya. Jadi ini juga satu hal yang perlu kita cermati apakah akan terus menguat, keliatannya belum bisa kita pastikan," kata dia dalam acara Dialog Ekonomi Perbankan, di Jakarta, Rabu (30/1/2019). 

Aviliani mengatakan, penguatan rupiah yang terjadi saat ini karena didorong berbagai faktor. Salah satunya melalui aliran modal dana asing yang masuk ke Indonesia cukup deras. Namun, dirinya meragukan, penguatan ini tidak akan berlangsung lama.

"Tapi apakah nanti setelah April ini akan terus menguat? artinya bahwa kita harus mengasumsikan nilai tukar rupiah ini lebih cenderung punya namanya antara, jadi jangan sampai pada satu angka, tidak bisa juga kita liat 14.000 per dolar AS ini seterusnya. Tapi kita harus bisa membuat range antara 14.000 per dolar AS hingga Rp 15.000 per dolar AS," jelasnya.

Aviliani menekankan, untuk menjaga kondisi penguatan rupiah pemerintah bersama Bank Indonesia perlu melakukan beebagai langkah. Caranya dengan mengkonversikan rupiah kepada beberapa mata uang negara asal tujuan. Artinya tidak hanya berfokus pada satu mata uang yakni dolar AS.

"Kita perlu cermati mungkin yen, yuan, euro di mana transaksi dagang kita termasuk pinjaman kita banyak yen ke Jepang, tapi belum dikonversi ke yen. Ini salah satu cara menyeimbangkan mata uang kita," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya