Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan laba pada 2018 usai rugi pada 2017. Perseroan mencatatkan laba komprehensif sebesar USD 64,36 juta hingga 2018 dari periode sama tahun sebelumnya rugi USD 15,22 juta.
Perolehan laba itu didukung pertumbuhan pendapatan 23,44 persen dari USD629,33 juta pada 2017 menjadi USD 776,90 juta pada 2018.
Beban pokok pendapatan meningkat 8 persen menjadi USD 50,1 juta pada 2018. Hal ini disebabkan kenaikan harga bahan bakar dan batu bara.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, perseroan juga membukukan laba bruto naik menjadi USD 104 juta pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya hanya USD 6,55 juta. Kinerja keuangan perseroan juga didukung dari pendapatan lainnya naik menjadi USD 5,64 juta pada 2018.
Laba usaha perseroan tercatat USD 84,85 juta hingga 2018 dari periode sama tahun sebelumnya rugi USD 17,97 juta.
Kinerja keuangan perseroan ditopang dari pendapatan keuangan naik 64,74 persen dari USD 2,76 juta pada 2017 menjadi USD 4,55 juta pada 2018. Biaya keuangan turun menjadi USD 6,78 juta.
Perseroan membukukan earning before interest, amortization, depreciation and amortization (ebitda) sebesar USD 235,7 juta pada 2018.
PT Vale Indonesia Tbk membukukan total liabilitas USD 318,72 juta, atau turun 12,72 persen pada 31 Desember 2018 dari periode sama tahun sebelumnya USD 365,19 juta. Aset perseroan naik menjadi USD 2,2 miliar pada 2018. Perseroan kantongi kas USD 301,15 juta.
Pendorong Kinerja Keuangan 2018
Melihat kinerja itu didukung dari harga realisasi rata-rata lebih tinggi 27 persen pada 2018 dari periode 2017. Harga realisasi rata-rata sebesar USD 10.272 pada 2018 dari periode 2017 sebesar USD 8.106. Produksi nikel tercatat USD 74.806 pada 2018 dari periode 2017 sebesar USD 76.807.
"Kenaikan harga tentunya membawa dampak positif terhadap kinerja keuangan kami, ” ujar Nico Kanter, Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (1/2/2019).
Ia menuturkan, pihaknya juga mengelola biaya dengan hati-hati. Pada awal 2018, perseroan meluncurkan program tantangan USD 50 juta yang merupakan target pengurangan biaya dalam tiga tahun.
"Sejak saat itu, kami telah melakukan serangkaian inisiatif untuk menghilangan pemborosan operasional dan untuk meningkatkan efisiensi. Upaya ini berhasil menyumbang USD 10,8 juta dari target USD 50 juta pada 2018," ujar dia.
Pada akhir 2018, PT Vale Indonesia Tbk menerima izin eksplorasi untuk Blok Sorowako, Bahadopi, dan Pomalaa.
"Kami juga menerima izin eksploitasi untuk Blok Sorowako yang mengharuskan kami untuk membayar penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Kehutanan. PNBP mundur sejak 2008 yang merupakan tahun penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 2/2008. Tanpa sertakan pajak PNBP retroaktif satu kali, beban pokok pendapatan per metric ton pada kuartal IV 2018 akan turun USD 149 juta jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penerbitan izin kehutanan yang telah lama dinanti ini memberikan kepastian hukum dan mengurangi risiko bisnis kami," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement