Serbuan Tentara Filipina Tewaskan 8 Teroris di Mindanao

Sebanyak delapan orang teroris tewas ketika pasukan keamanan Filipina berhasil menyerbu sebuah kamp di Pulau Mindanao.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 04 Feb 2019, 09:00 WIB
Ilustrasi bendera Filipina (AFP/Noel Cells)

Liputan6.com, Manila - Pasukan keamanan Filipina, pada 3 Februari 2019, telah menewaskan sedikitnya delapan orang militan dalam serangan di sebuah hutan di Pulau Mindanao yang bergejolak, tempat di mana termasuk salah seorang teroris asal Singapura diyakini bersembunyi.

Mayor Jenderal Cirilito Sobejana, komandan Divisi Infanteri ke-6, mengatakan kepada wartawan bahwa warga Singapura, Muhamad Ali Abdul Rahiman alias Muawiyah, termasuk di antara "target bernilai tinggi" di dalam sebuah kamp di pulau Mindanao yang dilanda perang.

Namun Muawiyah tampaknya selamat dan berhasil melarikan diri, demikian sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Senin (4/2/2019).

Kamp itu tampaknya menjadi markas utama sebuah faksi Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro (BIFF) yang terlibat konflik dengan pasukan pemerintah Filipina pada Minggu pagi.

Sebuah bom seberat 226 kilogram dijatuhkan di benteng utama di dalam kamp, ​​di kota Sultan sa Barongis di provinsi Maguindanao, tempat Muawiyah dan enam teroris asing lainnya --dua orang Malaysia, dua orang Indonesia, dan dua orang "berpenampilan Timur Tengah"-- diyakini bertempat, kata Mayjen Sobejana.

Dia mengatakan jenazah delapan militan ditemukan setelah kamp tersebut berhasil dikuasai pasukan keamanan Filipina.

BIFF adalah kelompok sempalan dari Front Pembebasan Islam Moro yang berkekuatan 12.000 orang, kelompok separatis utama yang telah menandatangani pakta perdamaian dengan pemerintah.

BIFF telah mengupayakan pendekatan yang lebih keras, menjanjikan kesetiaan kepada kelompok teroris ISIS.

Menteri pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, mengatakan militer mengawasi setidaknya 44 teroris dari luar negeri yang mencari perlindungan di Mindanao.

Mayor Jenderal Sobejana mengatakan kamp Maguindanao, yang diperkuat dengan sekitar dua lusin bunker dan lubang perlindungan, dijalankan oleh Muhajireen Wal-Ansar, yang juga dikenal sebagai Maguindanao Daulah Islamiyah, sebuah faksi dari BIFF di bawah imam penghasut Esmael Abdulmalik, juga dikenal sebagai Abu Turaife.

Turaife sendiri dikatakan berada di kamp saat penyerangan terjadi.

Para pejabat intelijen mengatakan kelompok Turaife telah menyediakan tempat berlindung bagi para militan di Asia Tenggara, Timur Tengah dan Afrika Utara.

 

Simak video pilihan berikut:


Teroris Paling Berpengaruh di Asia Tenggara

Tentara Filipina saat melaksanakan operasi militer di Maguindanao (3/7/2018) (Armed Forces of the Philippines)

Sementara itu, Muawiyah diketahui sebagai tersangka utama dalam penculikan tiga pekerja Komite Internasional Palang Merah di provinsi Sulu, di pulau Mindanao yang dilanda perang, pada 2009.

Dia melarikan diri ke Mindanao pada 1990-an dengan Zulkifli bin Hir dari Malaysia, alias Marwan, dan kedua orang itu pada satu waktu digambarkan sebagai "teroris internasional paling berpengaruh yang saat ini beroperasi di Asia Tenggara".

Keduanya dikatakan mahir membuat bom, dan telah merekrut dan melatih ratusan gerilyawan dari luar negeri yang melarikan diri ke tempat yang aman di pulau Mindanao yang dilanda perang.

Warga Malaysia, Marwan, terbunuh dalam serangan pada 2015 oleh pasukan khusus polisi di tempat persembunyiannya di kota Mamasapano, juga di Maguindanao. Tes yang dilakukan oleh Biro Investigasi Federal mengkonfirmasi kematiannya.

Muawiyah, di sisi lain, pertama kali dilaporkan tewas dalam serangan udara di provinsi Jolo pada 2012. Ini tidak pernah diverifikasi.

Dia kembali dikatakan tewas dalam serangan militer di seluruh Maguindanao pada 2016. Sekali lagi, tidak ada konfirmasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya