Intip Alat Deteksi Dini DBD Buatan Peneliti Indonesia

Ada alat Kit Diagnostik Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dikembangkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 04 Feb 2019, 13:00 WIB
Alat kit deteksi dini demam berdarah dengue (DBD) yang dilaunching Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). (Dokumentasi BPPT)

Liputan6.com, Jakarta Lewat alat Kit Diagnostik Demam Berdarah Dengue (DBD) buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), deteksi virus DBD bisa dilakukan. Kit diagnostik ini berbentuk mirip test pack. 

Masyarakat pun mudah menggunakan kit DBD ini. Peneliti Pusat Teknologi Farmasi dan Medika BBPT, Sabar Pamudi menerangkan, cara menggunakan, alat kit diagnostik DBD. 

"Kita teteskan darah pada kit diagnostik. Partikel protein NS 1, yang ada pada darah nanti akan bereaksi dengan antibodi yang ada. Hasilnya akan muncul strip seperti tes kehamilan," jelas Pamudi dalam sebuah tayangan video pada Senin, 4 Februari 2019.  

Dari laman BPPT, kit diagnostik DBD ini rupanya  diluncurkan pada Mei 2018. Kit DBD berbasis teknik imunokromatografi (teknik untuk memisahkan dan mengidentifikasi antigen atau antibodi yang terlarut dalam sampel) dengan menggunakan anti–NS1 antibodi monoklonal. 

Antigen NS1 merupakan glikoprotein yang dihasilkan virus dengue pada hari pertama hingga kelima pasca terjadinya infeksi. Antigen NS1 diketahui punya peran serodiagnosis (tes deteksi) infeksi virus dengue.

Kemampuan deteksi itu karena antigen NS1 disekresikan dalam konsentrasi yang cukup tinggi dalam plasma atau serum penderita DBD.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:


Deteksi lebih efektif

Seorang ayah menjaga anaknya yang terserang Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo, Jakarta, Jumat (1/2). Dalam sebulan ini, RSUD Pasar Rebo sudah menerima 88 pasien demam berdarah. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Deteksi kit DBD menggunakan antigen NS1 lebih efektif untuk mengetahui ada atau tidaknya virus DBD. Antigen NSI  pun lebih awal muncul  dibandingkan antibodi anti-dengue. 

Maka pendeteksian penyakit menggunakan antigen NS1 tersebut jauh lebih efektif dibandingkan dengan pendeteksian antibodi IgG/IgM (imunoglobin/antibodi tubuh).

"Jadi kita bisa tahu virus DBD tanpa harus cek darah ke laboratorium," kata Pamudi.  

Kit Diagnostik DBD yang dikembangkan oleh BPPT punya keunggulan lain, yakni alat ini termasuk produk dalam negeri, yang mampu mendeteksi dini infeksi DBD. Penggunaan bahan baku antibodi monoklonal pun berdasarkan strain lokal Indonesia berupa darah, plasma dan serum.


Hasil relatif lebih cepat

Perawat memeriksa pasien anak yang terserang demam berdarah di RSUD Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (30/1). Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengatakan terdapat 613 kasus demam berdarah dengue (DBD) selama Januari 2019. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Hasil kit diagnostik DBD lebih cepat diketahui. BPPT menyatakan, masyarakat dapat mengetahui hasil relatif cepat antara 2-10 menit.

Masyarakat tidak memerlukan alat tambahan lain untuk menggunakan kit diagnostik DBD. Untuk penyimpanan tidak memerlukan pendingin. Harga kit ini juga terjangkau sekitar Rp50.000. 

"Ide alat ini berawal dari ketidaktahuan masyarakat soal naik turunnya tubuh saat demam. Banyak yang mengira demam turun itu sudah sembuh. Padahal itu adalah masa-masa kritis. Penting untuk mengetahui adanya infeksi virus DBD," Pamudi melanjutkan. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya