Liputan6.com, New York - Harga minyak turun dari posisi tertinggi dua bulan dipicu kekhawatiran tentang kondisi perlambatan ekonomi global kembali ke pasar dan penguatan Dolar Amerika Serikat (AS) juga ikut membebani.
Melansir laman Reuters, Rabu (6/2/2019), harga minyak mentah berjangka Brent turun 39 sen menjadi USD 62,12 per barel. Harga sempat menyentuh level tertinggi dalam lebih dari dua bulan ke posisi USD 63,63 sehari sebelumnya.
Advertisement
Adapun harga minyak mentah berjangka AS turun 82 sen menjadi USD 53,74 per barel, turun 1,5 persen.
Harga minyak merosot sehari setelah rilis data pesanan pabrik AS yang lemah. Kemudian ditambah dengan data ekonomi China baru-baru ini yang hasilnya mengecewakan. Kondisi ini memicu kekhawatiran tentang permintaan yang lebih lemah untuk minyak mentah pada 2019.
"Minyak juga merasakan tekanan dari penguatan dolar, yang menguat untuk sesi keempat berturut-turut, yang membuat minyak mentah lebih mahal untuk pembeli non-AS," kata Phillip Streible, Ahli Strategi Komoditas Senior di RJO Futures.
Sementara itu, lanjut dia, investor mengalihkan aset ke ekuitas dan menjauh dari pasar yang lebih sensitif terhadap hubungan perdagangan Washington-Beijing dan pergerakan Dolar.
Kemudian sanksi AS terhadap Venezuela dipandang mendukung harga dengan membantu memperketat pasokan global. Sejumlah kapal tanker saat ini berada di perairan lepas pantai Venezuela, tidak dapat bergerak karena PDVSA milik negara menuntut pembayaran, yang akan dikenai sanksi AS.
Pasokan minyak mentah berat seperti yang diproduksi di Venezuela langka, karena penyedia lain termasuk Meksiko dan Kanada juga menghadapi tantangan untuk output dan ekspor.
Pangkas Produksi
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu-sekutunya, termasuk Rusia, sepakat untuk memangkas produksi mulai bulan lalu untuk mengalahkan pertumbuhan pasokan.
Sementara survei Reuters menemukan bahwa pasokan dari negara-negara OPEC telah jatuh paling besar dalam dua tahun, dengan Arab Saudi dan sekutunya di Teluk Arab memberikan lebih banyak pemotongan yang dijanjikan. Sementara Iran, Libya dan Venezuela mencatat penurunan pasokan minyak yang tidak disengaja.
Kekhawatiran tentang laju pertumbuhan ekonomi global tetap ada. Pesanan baru untuk barang-barang buatan AS turun secara tak terduga pada bulan November, dengan penurunan tajam dalam permintaan untuk mesin dan peralatan listrik, menurut data yang dirilis pada hari Senin.
Prospek ekonomi global dan prospek pertumbuhan permintaan bahan bakar juga telah diselimuti data ekonomi yang buruk di Tiongkok dan ketegangan perdagangan AS dan China.
Advertisement