Seteru Kian Memanas, Presiden Venezuela Ancam Penjarakan Pemimpin Oposisi

Perselisihan kian memanas di Venezuela, di mana presiden berkuasa mengancam akan memenjarakan pemimpin oposisi.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 06 Feb 2019, 10:04 WIB
Presiden Venezuela Nicolas Maduro hadir secara mendadak di Sidang Umum PBB di New York, Rabu, 25 September 2018 (AP/Frank Franklin II)

Liputan6.com, Caracas - Presiden Venezuela Nicolás Maduro mengeluarkan ancaman terselubung kepada pemimpin oposisi muda yang mencoba memaksanya mundur dari kekuasaan. Dia mengisyaratkan bahwa Juan Guaido bisa dipenjara segera karena mengklaim sebagai presiden sementara negara itu.

Dalam pertemuan dengan para pendukungnya pada Senin malam, Maduro mempertanyakan berapa lama Guaido akan bertahan dengan "kepemimpinan virtualnya" yang diproklamirkannya sejak 23 Januari lalu.

"Sampai 2025, juga?" Kata Maduro, merujuk pada masa jabatan enam tahun yang baru-baru ini ia anggap sebagai badai kecaman internasional.

"Atau sampai dia berakhir di penjara atas perintah mahkamah agung," lanjutnya sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Rabu (6/2/2019).

Ancaman tersebut mengejutkan para diplomat Barat, yang hampir dua pekan lalu menyaksikan pernyataan Maduro bahwa Guaido akan tetap menjadi orang bebas. Banyak yang mengaitkan fakta itu dengan peringatan dari pendukung utama oposisi, Amerika Serikat, bahwa tindakan apa pun terhadapnya akan memiliki konsekuensi.

Penasihat keamanan nasional Donald Trump, John Bolton, telah mengatakan bahwa kekerasan atau intimidasi terhadap Guaido, atau para pemimpin oposisi lainnya, "akan mewakili serangan besar terhadap aturan hukum dan akan disambut dengan respon yang signifikan".

Media pemerintah Venezuela telah mengintensifkan kampanye mereka melawan Guaido dan daftar pendukung internasionalnya yang semakin meningkat dalam beberapa hari terakhir, dengan mengklaim bahwa mereka berisiko menjerumuskan negara tersebut ke dalam perang.

Sementara itu pada hari Senin, sejumlah pemerintahan Eropa, termasuk Inggris, Prancis, Jerman, Portugal, dan Spanyol, mengakui Guaido sebagai pemimpin sah Venezuela setelah Maduro menolak seruan mereka untuk menggelar pemilu ulang.

Berbicara pada malamnya, Maduro sekali lagi mencerca "kebijakan ekstremis Donald Trump" terhadap Venezuela, namun tidak memberi petunjuk bahwa dia tengah bersiap "mengahdapi serbuan".

Maduro juga mengutuk rencana dukungan AS untuk mengirim konvoi bantuan kemanusiaan ke perbatasan barat dan selatan Venezuela, akhir pekan ini. Dia menilai hal itu sebagai sebuah provokasi yang dirancang untuk mempermalukan negara dan pemerintahannya.

"Dengan pertunjukkan bantuan kemanusiaan ini mereka berusaha mengirim pesan:‘ Venezuela harus pergi mengemis ke dunia! ’Dan Venezuela tidak akan meminta apa pun dari siapa pun di dunia ini," katanya.

 

Simak video pilihan berikut: 

 


Khawatir Memicu Konfrontasi

Demonstran mengenakan benedera Venezuela di kepalanya dalam aksi protes mendesak pengunduran diri Nicolas Maduro (AFP/Juan Baretto)

Beberapa pengamat khawatir konvoi bantuan berisiko memicu --atau bahkan mungkin dirancang untuk memicu-- konfrontasi dengan pasukan Venezuela yang setia kepada Maduro.

Pada hari Senin, Guaido mendesak anggota militer untuk mengizinkan bantuan ke negaranya yang hancur secara ekonomi.

Di Cúcuta, persimpangan tersibuk di perbatasan Kolombia, yang memiliki garis perbatasan sepanjang 2.219 kilometer, banyak gudang dipenuhi dengan kotak-kotak bantuan yang mulai berdatangan pada Minggu malam.

Foto yang dibagikan di media sosial pada hari Sabtu oleh Mark Green, kepala USAid, menunjukkan kotak pangan sedang dipersiapkan untuk pengiriman, dihiasi dengan bendera AS.

Meskipun belum diketahui bagaimana bantuan akan dikirim ke Venezuela, pejabat Kolombia yang mengetahui prosesnya mengatakan itu adalah operasi yang dipimpin oleh Guaido dari Caracas, yang berkoordinasi dengan pekerja bantuan AS dan pemerintah daerah.

Sementara itu, pada hari Senin, Kanada menjanjikan bantuan senilai US$ 40 juta yang ditujukan untuk Venezuela, sementara AS pekan lalu menjanjikan sumbangan sebesar US$ 20 juta.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya