Liputan6.com, Jakarta - Ketua Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo), Muhammad Feriadi mengatakan, pihaknya tengah kaji rencana menyewa pesawat (charter flight) untuk melayani pengiriman barang atau paket lewat jalur udara.
Tindakan tersebut dilakukan untuk menekan biaya operasional akibat kenaikan tarif Surat Muatan Udara (SMU) yang diterapkan maskapai.
"Asperindo sedang mengupayakan untuk melakukan charter flight bahkan memiliki operator sendiri. Dengan harapan ini nati bisa diutilisasi dengan anggota kami. Nanti kita akan lihat ya bahwa dengan menggunakan charter flight mudah-mudahan harganya jauh lebih bisa diterima oleh anggota Asperindo," ujar Feriadi ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (6/2/2019).
Baca Juga
Advertisement
Feriadi menuturkan, rencana penggunaan charter flight khusus pengangkutan barang logistik masih dalam tahap pembahasan.
Pihaknya juga masih menjajaki dengan beberapa operator maskapai agar harga yang didapatkan mengakomodir keinginan seluruh pelaku usaha logistik ekspres.
"Itu masih dibahas. Progres-nya finalnya belum bisa sampaikan. Asperindo punya koperasi dan bekerja sama dengan salah satu operator dan ini nanti anggota akan pakai melalui koperasi Asperindo," ujar dia.
Feriadi belum dapat merinci berapa jumlah biaya yang dapat dihemat dengan menggunakan charter flight. Hal ini akan diumumkan setelah pembahasan dengan seluruh anggota serta maskapai selesai dilakukan.
"Seharusnya begitu (lebih murah) tapi saya belum bisa memberikan informasi detil. Targetnya harusnya sesegera mungkin. Tim kami sedang mendiskusikan," tutur dia.
Reporter: Anggun P.Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Inovasi Bea Cukai Bakal Turunkan Biaya Logistik di Indonesia
Sebelumnya, kalangan pengusaha menyambut baik inovasi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Hal ini terkait dengan sistem terbaru dari pelaporan barang yang masuk ke wilayah pabeanan Indonesia. Inovasi tersebut diberi nama Manifest Generasi III.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Suryadi Sasmita mengatakan, selama ini lambatnya proses pemeriksaan dan penerbitan dokumen untuk barang akan masuk ke Indonesia sering dikeluhkan oleh para pengusaha. Lantaran, barang-barang tersebut umumnya merupakan bahan baku bagi industri.
"Ini sering banyak diperdebatkan. Karena (sistem) yang ada sekarang adalah yang tempo hari kita keluhkan. Saya apresiasi ini cepat sekali, karena saya pikir implementasinya baru di 2020, tapi ternyata sekarang sudah bisa," ujar dia di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin 7 Januari 2019.
Dia menjelaskan, lamanya bahan baku impor untuk sampai ke pabrik selama ini disebabkan oleh lambatnya proses perizinan dan pemeriksaan di pabean. Namun, dengan manifest generasi III ini, bahan baku akan lebih cepat sampai ke pabrik sehingga menghemat biaya dan waktu.
"Dengan ini biaya menjadi rendah, dulu kapal sampai ke pelabuhan baru di urus dokumen-dokumennya. Akhirnya kita perlu sewa gudang dulu, sambil nunggu selesai. Sekarang, barang sampai bisa langsung keluar, ini kurangi cost di pabrik," kata dia.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwader Indonesia (ALFI) Yukki Nugraha Hanafi menyatakan, selama ini biaya logistik di Indonesia mencapai 23,7 persen dari produk domestik bruto (PDB). Namun, dengan ada sistem baru ini diharapkan bisa turun hingga 18 persen.
"Dari sisi efisiensi waktu sudah jelas. Untuk biaya logistik di 2017 23,7 persen. Dengan proyek adanya proyek infrastruktur yang selesai akan beri dorongan penurunan sekitar 1-1,5 persen, jadi di 2018 mungkin sekitar 22,6 persen. Yang berkaitan dengan ini (Manifes Generasi III) akan memberikan penurunan signifikan, bisa 18 persen per tahun. Jadi efisiensinya sangat banyak," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement