Liputan6.com, New York - Melissa Hage, seorang ahli lingkungan dan asisten profesor di Oxford College of Emory Universitas di Georgia, mengatakan bahwa pada titik-titik tertentu dalam sejarah Bumi, es menutupi seluruh planet.
Bumi beku ini, yang dijuluki snowball earth atau Bumi bola salju, adalah suatu keadaan yang sangat parah, sehingga seluruh permukaan bumi, dari kutub ke kutub, termasuk lautan, benar-benar membeku.
Pada tahun 1840, Louis Agassiz, seorang ilmuwan alam Swiss, termasuk yang pertama mengakui dan memberikan bukti bahwa Bumi telah melewati Zaman Es, menurut University of California Museum of Paleontology.
Baca Juga
Advertisement
Kemudian, Joseph Kirschvink yang merupakan seorang ahli geologi Amerika, menciptakan istilah "Bumi bola salju," dalam bukunya yang dirilis pada 1992. Studi dari Kirschvink ini didasarkan pada bukti yang diberikan oleh Agassiz dan lainnya.
Para ilmuwan percaya bahwa tiga hingga empat Zaman Es, Bumi mengalami pembekuan di hampir atau seluruh permukaan. Ini terjadi antara 750 juta dan 580 juta tahun yang lalu dan mungkin dikarenakan oleh semua massa daratan Bumi terletak di atau dekat khatulistiwa, yang mengakibatkan meningkatnya cuaca.
Sementara itu, pelapukan terjadi saat angin dan curah hujan menghancurkan bebatuan dan mineral di permukaan planet. Proses ini menyebabkan penurunan kadar karbon dioksida di atmosfer, yang memungkinkan panas menghilang dari permukaan Bumi dalam jumlah banyak dan ke angkasa lua, mendinginkan planet ini.
"Peningkatan pelapukan benua menyebabkan penurunan karbon dioksida di atmosfer dan karenanya, menyebabkan pendinginan global," kata Hage seperti dikutip dari Live Science, Rabu (6/2/2019).
"Begitu lautan kutub mulai membeku, sinar matahari dipantulkan lebih banyak dari permukaan yang putih dan pendinginan pun diperkuat," lanjutnya.
Biasanya, es yang terbentuk di benua, seperti lapisan es, akan memperlambat pelapukan dan memungkinkan tingkat karbon dioksida atmosfer dan suhu naik. Namun, ratusan juta tahun yang lalu, semua massa daratan Bumi berada di ekuator.
Tanpa adanya massa tanah di kutub untuk membentuk lapisan es, serta siklus pelapukan dan pendinginan yang tidak terkendali, maka Bumi terjerumus ke dalam pembekuan yang dalam, menurut Hage.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa suhu global rata-rata turun menjadi minus 50 derajat Celsius selama Zaman Es ini, yang masing-masing berlangsung sekitar 10 juta tahun. Dengan air yang tidak dapat menguap dari lautan yang tertutup es, siklus air (di mana air mengalir di antara atmosfer, daratan dan lautan) ditutup.
Hipotesis "Bumi bola salju" ini diperkenalkan pada tahun 2000 oleh Richard Cowen, seorang ahli geologi Amerika, menurut Dartmouth Unniversity.
Zaman Es yang intens akhirnya mencair. Ilmuwan yakin bahwa gunung berapi terus memompa karbon dioksida ke atmosfer sepanjang Zaman Es, lalu akhirnya menghangatkan planet ini sehingga siklus air dapat berlanjut.
Peningkatan gas rumah kaca (uap air dan karbon dioksida), yang menahan panas di permukaan Bumi, akhirnya menyebabkan pemanasan yang tak terkendali, meningkatkan suhu rata-rata global hingga 50 derajat Celcius hanya dalam beberapa ratus tahun.
Ini menyebabkan peningkatan pelapukan benua, yang membantu mengurangi jumlah karbon dioksida di atmosfer dan suhu dingin kembali turun.
Fenomena yang dikenal sebagai siklus Milankovitch juga berperan dalam "pasang surut" Zaman Es, menurut Hage. Tiga siklus dinamai Mulutin Milankovic, seorang astronom Serbia. Ia mengklaim telah menemukan bukti yang menghubungkan perubahan iklim dengan perubahan jumlah energi surya yang diterima permukaan Bumi, berdasarkan posisi planet.
Siklus ini mengacu pada sedikit perubahan dalam bentuk orbit Bumi di sekitar matahari, kemiringan sumbu planet dan banyaknya getaran Bumi pada porosnya saat berotasi.
Saat Bumi menghangat dan keluar dari pembekuannya, ledakan besar kehidupan terjadi, yang dikenal sebagai ledakan Kambrium, menurut University of California Museum of Paleontology.
Ini adalah periode paling awal yang diketahui dalam catatan fosil, di mana kelompok-kelompok besar hewan muncul dalam periode waktu geologis yang sangat singkat (sekitar 40 juta tahun).
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bola Es Selanjutnya?
Lalu, akankah manusia bisa melihat kembali Bumi bola salju lain di masa depan? Menurut Hage, itu tidak mungkin.
"Bahkan dengan musim dingin yang ekstrem, lapisan es benua, akan terbentuk. Ini akan menghentikan pelapukan benua dan memungkinkan karbon dioksida menumpuk di atmosfer, menyebabkan pemanasan daripada pembekuan yang tak terkendali," katanya.
Advertisement