Liputan6.com, Jakarta Mantan CEO Starbucks Howard Schultz jengah dengan sebutan miliarder. Ia tampak sudah lelah pada konotasi negatif predikat itu.
Melansir Business Insider, Schultz menjawab pertanyaan apakah miliarder memegang terlalu banyak kekuasaan politik di Ameriak Serikat (AS). Schultz malah terusik akibat pertanyaan tersebut dan cuplikan videonya sempat viral di Twitter.
Advertisement
Ia menilai, predikat miliarder telah memiliki konotasi tertentu, tidak sekadar menggambarkan orang berharta. Perihal orang-orang yang memakai harta demi menguasasi politik, Schultz tak mau menyebutnya miliarder.
"Saya lebih suka mengganti kalimat itu dan memanggilnya sebagai orang-orang berharta yang meningkatkan kekayaan dan kepentingan mereka lewat cara tidak adil," ujar Schultz.
Meski begitu, mantan CEO Starbucks itu mengakui ada orang-orang kaya dan korporasi yang memiliki kekuatan signifikan dalam memengaruhi politik negaranya.
"Mereka memiliki pengaruh yang (besarnya) sulit dipercaya kepada para politisi yang berada dalam kedua partai (Demokrat dan Republikan)," ungkap Schultz yang menurut Forbes kekayaannya USD 3,5 miliar atau Rp 48,6 triliun (USD 1 = Rp 13.907).
Mantan CEO Starbucks ini tengah bersiap mencalonkan diri sebagai presiden AS tahun 2020 lewat jalur independen. Pencapaian andalannya adalah Starbucks yang berhasil sukses besar.
Gerah Dipanggil Kaya Raya
Miliarder Howard Schultz, Pemilik Starbucks, makin gerah akibat kritikan atas kekayaannya. Ini terjadi karena mulai muncul tudingan tidak sedap terkait cita-citanya menjadi presiden Amerika Serikat (AS).
Salah satunya adalah fakta bahwa Schultz adalah seorang miliarder. Itu disinyalir membuatnya tidak memahami kehidupan sehari-hari masyarakat umumnya. Ia pun angkat suara dan menyatakan kehidupannya justru merupakan "American Dream" karena sukses karena keringat sendiri.
"Saya dikritik karena seorang miliarder. Mari kita bahas itu. Saya berusaha sendiri ... Saya berpikir demikianlah mimpi orang Amerika, aspirasi Amerika," ujar Schultz di MSNBC.
Ia pun menjelaskan segudang prestasi yang diraihnya kala menjadi bos Starbucks. Di antaranya adalah jaminan kesehatan, pemberian saham, dan biaya kuliah gratis.
"Dan Elizabeth Warren (senator Partai Demokrat) ingin mengkritik saya karena sukses?" ujarnya. Warren sempat saling sindir dengan Schultz perihal masalah pajak miliarder. Mantan CEO Starbucks ini menilai wacana Warren berbau sosialisme.
Mengenai partai, Schultz mengaku bukan anggota Partai Demokrat atau Partai Republik. Ia percaya sistem perekonomian AS perlu dirombak.
Advertisement