Liputan6.com, Jakarta Daerah endemis kusta sebagian besar di wilayah Indonesia bagian timur seperti Maluku, Papua, Maluku Utara, dan Papua Barat. Namun, di ibukota Indonesia yakni DKI Jakarta juga masih ditemukan pasien kusta.
"Kalau penularan kusta di daerah endemis, seperti Papua lebih mudah terjadi. Nah, kalau (ada pasien kusta) di Jakarta gimana (dia bisa tertular)?" kata ahli eliminasi kusta Sri Linuwih saat ditemui di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Kamis, 7 Februari 2019.
Advertisement
Linuwih yang juga dokter spesialis kulit dan kelamin RS Cipto Mangunkusumo Jakarta mengungkapkan, saat menangani pasien kusta di Jakarta biasanya ada beberapa pertanyaan yang akan ditanya.
"Biasanya kami suka tanya, 'Suka travelling (ke daerah endemis kusta di Indonesia Timur) enggak?' Kalau jawabannya, 'Enggak." Bisa jadi karena pengaruh mobilitas," jelas Linuwih.
Saksikan juga video menarik berikut:
Mobilitas tinggi
Linuwih menyampaikan, Jakarta itu unik. Hal ini didorong adanya mobilitas yang besar dan tinggi.
"Mobilitas di Jakarta termasuk tinggi. Apalagi menjelang dan setelah Lebaran," terangnya.
Mobilitas yang tinggi ini dapat meningkatkan kemungkinan infeksi Mycobacterium leprae, bakteri penyebab kusta mudah menular sangat tinggi.
Penularan bisa terjadi lewat percikan udara dari saluran pernapasan dan bersentuhan dengan penderita kusta dalam jangka waktu lama.
"Bersentuhan di sini maksudnya kalau kita punya luka terbuka di kulit. Kemudian bersentuhan dengan penderita kusta. Maka, bakteri kusta akan masuk lewat luka terbuka tadi. Nah, bisa terinfeksi kusta juga," tuturnya.
Advertisement