Terinspirasi Bjork, Joko in Berlin Bawakan Musik Unik

Joko in Berlin menjadikan Bjork sebagai inspirasi dalam berkarya.

oleh Rizky Aditya Saputra diperbarui 08 Feb 2019, 11:20 WIB
Joko in Berlin (istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Nama grup band Joko in Berlin mungkin masih asing di telinga sebagian penikmat musik. Namun, band beranggotakan Mellita Sie (vokal), Kelana Halim (gitar), Fran Rabit (bass), Popo Fauza (Keyboard) dan Aditya Subakti (drum), punya mimpi besar di industri musik Tanah Air.

Sebagai band yang baru berusia dua tahun, Joko in Berlin mengaku terinspirasi dengan penyanyi asal Islandia, Bjork. Karakter musik yang unik dan anti-mainstream, turut disuguhkan Joko in Berlin di beberapa karyanya.

"Kalau dari segi musik, Joko in Berlin ada empat komposer lagu. Dari lagu dasar akan dilempar ke saya, untuk diaransemen. Setelah itu diaransemen lagi dan diisi vokal dan band-nya," kata Popo Fauza.

"Kami memilih aransemen dengan menggabungkan sound era 80-an dan 90-an. Karena kami ingin memadukan musik yang kekinian dengan unsur cinematic dan unik untuk generasi milenial," imbuhnya.


Tak Cuma soal Cinta

Joko in Berlin (istimewa)

Di bawah naungan 7 Octave Music Production, Joko in Berlin telah menelurkan beberapa single seperti "Ballad of Colors", "3AM" dan "Beauteous". Tema yang diambil pun tak melulu soal cinta.

"Untuk tema lirik lagunya, Joko in Berlin lebih menuju ke hal sehari-hari yang dilihat dari perspektif psikologi. Ada juga berterima kasih dengan anugerah indahnya alam, menghadapi delusi dan mimpi," tutur Popo Fauza.


Nama Unik

Joko in Berlin (istimewa)

Selain itu, Popo Fauza juga menjelaskan rahasia di balik nama unik Joko in Berlin. Suami Alena Wu ini menggabungkan makna khusus para personelnya dalam satu nama Joko in Berlin.

"Karena Joko merepresentasikan domisili dan background kita sebagai musisi Asia yang berbasis di pulau Jawa. Berlin melambangkan influence scene musik Eropa yang sangat kental di dalam karya-karya kami," Popo Fauza menjelaskan.

"Kami berharap dapat menghasilkan karya yang original dan relevan dengan hal-hal keseharian, sekaligus yang biasa dialami dalam aktivitas kehidupan," imbuh Mellita Sie.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya