Diduga Manipulasi Visa, 129 Mahasiswa India Ditangkap Polisi AS

Setidaknya 129 mahasiswa India yang mendaftarkan diri pada universitas palsu di AS, ditangkap polisi.

oleh Siti Khotimah diperbarui 08 Feb 2019, 17:05 WIB
Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AFP Photo)

Liputan6.com, Washington DC - Setidaknya 129 mahasiswa India dan satu orang mahasiswa China ditangkap sejak pekan lalu, oleh kepolisian Amerika Serikat (AS). Mereka didapati mendaftar the Farmington University yang merupakan perguruan tinggi palsu.

Farmington University didirikan pada 2015, dan sejak itu digunakan untuk menangkap warga negara asing yang telah melakukan perjalanan ke AS dengan visa pelajar namun kemudian bekerja di sana, dikutip dari BBC News, Jumat (8/2/2019).

Hal itu menanggapi kasus penyalahgunaan visa, seperti yang terjadi pada Tri-Valley University, 2011 lalu. Pejabat federal menutup perguruan tinggi tersebut karena terbukti melakukan penipuan, yakni menyediakan visa ilegal seharga ratusan ribu dolar. Sebagian besar "mahasiswa" universitas palsu di California itu, berasal dari India.

Praktik ini sangat umum dilakukan oleh berbagai oknum, sehingga pejabat AS menyebut perguruan tinggi sebagai "pabrik visa".

Badan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) Amerika Serikat menyatakan bahwa warga India yang ditangkap telah bersekongkol.

Pejabat India mengatakan, bisa jadi para mahasiswa telah ditipu. Hal itu diperkuat oleh argumen beberapa karyawan imigrasi yang percaya bahwa sejumlah orang asing yang tidak bersalah telah terperangkap.

Meskipun demikian, pemerintah AS menyangkal. Juru bicara kementerian luar negeri AS, mengatakan bahwa praktik itu memang dengan sengaja dilakukan untuk berbuat curang.

"Semua peserta dalam skema ini tahu bahwa University of Farmington tidak memiliki instruktur atau kelas (baik online maupun tatap muka) dan sadar bahwa mereka melakukan kejahatan dalam upaya untuk secara curang tetap di Amerika Serikat," katanya kepada majalah lokal India, Hindustan Times.

Saksikan video berikut:


Seorang Mahasiswa Mengaku Ditipu

Terlihat halaman muka situs University of Farmington, yang merupakan universitas palsu di Amerika Serikat.

Salah satu mahasiswa yang menjadi bagian dari universitas palsu Farmington, adalah Veeresh. Ia tengah berada di California saat mendengar kabar penangkapan 130 mahasiswa.

Saat itu ia panik, dan segera memutuskan untuk pulang ke India pada 4 Februari 2019.

Veeresh, yang merasa telah menjadi korban penipuan, menceritakan kisahnya. Pada 2014, ia pergi ke AS untuk belajar di Politeknik Northwestern di California, yang memberinya gelar master dua tahun setelahnya. Sayangnya, universitas itu telah kehilangan akreditasi dalam bidang Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM).

Mengingat akreditasi adalah hal yang sangat penting, ia memutuskan untuk mendaftar universitas lain. Dia kemudian mendaftar University of Farmington pada Oktober 2017, berbekal rekomendasi dari seorang teman.

Menurut pengakuan Veeresh, ia telah mencoba memverifikasi keaslian universitas. Dia telah mengunjungi situs web, yang memperlihatkan para mahasiswa tengah belajar di dalam kelas, di perpustakaan, dan tempat lain di kampus.

Ia bahkan telah membandingkan dokumen pendaftarannya dengan temannya di perguruan lain. Dia mengklaim tidak ada yang salah dari seluruh berkas itu.

Setelah menghubungi pihak Farmington, dan mendapatkan jawaban bahwa universitas itu tengah mempersiapkan kelas daring, Veerash membayar sejumlah uang kuliah.

Veeresh mengaku bahwa ia telah kehilangan US$ 50.000, US$ 30.000 untuk universitas pertama, dan US$ 20.000 untuk Farmington.

Dia mengatakan harus meminjam uang dari temannya untuk membeli tiket pulang, mengingat tabungannya telah habis. Veeresh tidak memberi tahu orangtuanya, yang bekerja sebagai petani di India.

Menurut Bhaskar Pulinati, pendiri Konsultan Pendidikan Luar Negeri Groovy, memang banyak mahasiswa yang bermimpi bekerja di AS untuk mendapatkan dolar. Sayangnya, sebagian besar dari mereka "tidak mengetahui prosedur pendaftaran universitas dan visa. Akhirnya, bergantung pada broker atau konsultan."

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya