Liputan6.com, Jakarta - Mengabadikan beragam momen penting dan menarik tidak hanya mengukirnya dalam ingatan semata. Beruntung ada fotografi, seni penghasil gambar hadir dalam kehidupan masyarakat dan membuat memotret kian mudah.
Namun jauh sebelum era digital menggebrak, kamera analog sangat berjaya di masanya. Para pecinta dunia fotografi kala itu tentu sangat akrab dengan sensasi deg-degan menanti film dicuci dan penasaran melihat hasilnya.
Beberapa tahun belakangan, kamera analog kembali digandrungi dan dicari-cari, tidak hanya bagi mereka yang sempat mencicipi sebelum era digital hadir, tetapi juga memikat para generasi milenial. Mereka pun kerap hunting atau berburu momen di berbagai spot hits.
Bicara soal hunting, pecinta kamera analog pun menciptakan keseruan dan berkumpul untuk menangkap momen menarik. Kebangkitan kamera analog berhasil memantik terjalin kebersamaan lewat sebuah komunitas. Satu di antaranya adalah Photo Walk Ramean.
"Terbentuknya baru September 2018. Awalnya saya bikin konten di YouTube soal kamera analog sambil jalan. Ternyata, respons di Instagram banyak yang tanya, kalau bisa ikut menampung buat hunting bareng," kata Andry Dilindra, selaku pendiri Photo Walk Ramean kepada Liputan6.com, baru-baru ini.
Baca Juga
Advertisement
Andry yang juga seorang fotografer ini juga menyebut Photo Walk Ramean sebagai sebuah wadah para pecinta kamera analog untuk hunting bersama. Langkah komunitas ini dimulai lewat Vol. I dengan spot di sekitar Jakarta.
Pada kesempatan selanjutnya menjajal daerah Bogor. Selain itu, komunitas Photo Walk Ramean pada Januari 2019 juga hunting di Tangerang. Andry pun menghubungi Serantang atau Serikat Analog Tangerang untuk kolaborasi.
"Kita ke sana rombongan naik kereta. Selesai biasanya ada sharing session dan waktu di sana narsumnya seorang fotografer pernikahan, Verza yang banyak kasih masukan," tambahnya.
Andry juga turut mengajak pemilik jasa cuci film Wash & Burn sebagai pembicara. Tak hanya seru-seruan hunting, komunitas juga memberikan edukasi kepada pecinta kamera analog bagaimana cuci film di kamar gelap.
Diakui Andry, awal komunitas berdiri tidak begitu banyak orang yang ikut bergabung. Namun seiring berjalannya waktu, antusiasme kian besar yang ditunjukkan lewat jumlah peserta yang ikut hunting.
"Awalnya di Vol. I yang ikut sembilan orang, lalu naik 20 orang, sampai terakhir hampir 60 orang," jelasnya.
Di sisi lain, Photo Walk Ramean tidak memungut biaya bagi siapa saja yang ingin bergabung. Mereka justru memberikan giveaway yang jadi salah satu kebiasaan menarik dan unik di sana.
"Free (bergabung komunitas kamera analog), justru kita kasih giveaway untuk siapa yang datang paling pagi dan rumahnya paling jauh kita kasih film. Karena biasanya hunting dilakukan Sabtu atau Minggu," kata Andry Dilindra.
Melihat Tren dan Tips Main Kamera Analog
Sang pendiri komunitas Photo Walk Ramean, Andry Dilindra berkisah ia pertama kali bermain kamera analog pada 1999 silam. Perkembangan teknologi yang pesat beriringan dengan kelahiran kamera digital.
"Tapi saya masih simpan analog dan coba buat konten di YouTube dan mendapat respons baik. Saya kembali bermain kamera analog lagi pada akhir 2017," ungkap Andry.
Sebagai seorang fotografer yang telah terjun lebih dari satu dekade, Andry memiliki tanggapan tersendiri melihat tren kamera analog yang kembali bangkit dan digemari banyak orang.
"Sebenarnya analog tetap ada walaupun develop susah tetapi analog tidak mati, seperti vinyl. Bisa dibilang tren, kebanyakaan milenial sekarang suka ikut-ikutan dan ikut tren sebatas jatuh cinta," lanjutnya.
Terlepas dari tren, Andry juga mengungkapkan harapannya soal kamera dan fotografi. "Berharap era sekarang kebangkitan tren ke depannya tetap membuat eksis digital dan analog," tambah Andry.
Bagi Anda yang ingin bermain kamera analog, Andry Dilindra memiliki beberapa tips. Pengenalan karakteristik kamera menjadi salah satu kunci penting menurutnya.
"Harus mengenali kamera, karakteristik kamera yang kita punya. Karena kamera analog kan kamera lama yang membutuhkan perawatan ekstra, lalu karakter film, jenis film karena memiliki karakter yang berbeda. Seperti Fujifilm yang boksnya hijau dia agak kehijauan kalau Kodak agak kuning," tutur Andry.
"Soal exposure karena kita punya kesempatan 36 exposure agar dapat gambar yang perfect dan belajar juga develop, mencuci film," tutupnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement