Liputan6.com, Jakarta - Dunia fotografi terus berkembang, tak hanya di Indonesia, tapi juga di mancanegara. Perkembangan tersebut ditandai dengan keberadaan kamera digital.
Dengan kamera digital, orang dengan mudah dapat mengambil gambar di mana saja dan kemudian membagikannya melalui media sosial dalam hitungan detik. Perkembangan kamera digital, ternyata bukan serta merta menghapus eksistensi kamera analog.
Kamera analog merupakan kamera yang dalam teknik pengambilan gambarnya masih menggunakan film. Ada beberapa hal yang membuat kamera analog tetap eksis hingga saat ini.
Baca Juga
Advertisement
"Nostalgia untuk mengenang masa memakai kamera analog," komentar fotografer Bambang E. Ros kepada Liputan6.com, Jumat, 8 Februari 2019.
Selain hal itu, ia mengungkapkan alasan lain yang membuat kamera analog tak lekang oleh waktu. Ia menilai, kontras (terang gelap cahaya), terutama bila dipakai menggunakan film hitam putih.
"Dengan menggunakan film BW merek Kodak T-Max dan film BW Ilford kepekaan dan kontrasnya jauh berbeda dengan kamera digital. Tterlebih untuk ISO/ASA tinggi 800, 1600, dan 3200. Grainny (pecahnya gambar) terasa klasik. Beda dengan tingkat grainny atau kepekaan kamera digital. Begitu juga dengan pemakaian film negatif warna pada kamera analog, warna yang dihasilkan standard, tidak secerah warna digital," sambung Bambang.
Klasik dan Sensasi
Hal lain, menurut Bambang, faktor klasik yang membuat kamera analog masih tetap eksis, baik bagi mereka yang masih menggunakan maupun mereka yang baru menggunakan kamera analog. Tak berhenti di situ, rasa penasaran dan deg-degan pun selalu muncul saat cuci cetak film analog.
"Sensasi itu nggak didapati pada saat kita menggunakan kamera digital, karena kita nggak bisa lihat hasilnya setelah kita melepas shutter kamera, beda dengan digital yang langsung bisa dilihat di layar LCD kamera, kalau gambar kurang bagus masih bisa diulang, karena objek masih dihadapan kita," katanya.
Dengan kamera analog, lanjut Bambang, daya pikir fotografer bekerja pada saat mengabadikan gambar, menghitung bukaan diafragma dengan speed kamera masih diatur dengan fotografer. Bukan pada mesin kamera digital yang langsung dapat dilihat hasilnya melalui layar LCD di kamera digital.
"Dengan analog kita juga melatih kepekaan, feeling, dan kecepatan dalam satu waktu yang pas dengan keterbatasan jumlah frame dalam film negatif yang biasanya paling banyak isi 36 frames," tandas Bambang.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement