Hari Pers Nasional, PDIP Minta Jokowi Batalkan Remisi Pembunuh Jurnalis Bali

Hasto mengatakan, indikasi demokrasi sehat adalah kebebasan pers. Maka itu pers harus bebas dari intimidasi dan kekerasan.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Feb 2019, 11:53 WIB
Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto saat meresmikan official store atribut PDI Perjuangan di Jakarta, Senin (21/1). PDIP meluncurkan RedMe sebagai official store atribut PDIP pada Pemilu 2019. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

 

Liputan6.com, Jakarta - PDIP merekomendasikan Presiden Jokowi untuk meninjau ulang dan mencabut remisi yang diberikan kepada I Nyoman Susrama, terpidana otak pembunuhan Anak Agung Gede Narendra Prabangsa, wartawan Jawa Pos Radar Bali.

"Remisi ini harus ditinjau ulang dan dicabut. PDI Perjuangan merekomendasikan pembatalan remisi tersebut, dan kami yakin pemerintahan demokratis Pak Jokowi akan membatalkan remisi tersebut," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, di sela Safari Kebangsaan VII, di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (9/2/2019).

Sebelumnya, Susrama mendapatkan remisi dari hukuman seumur hidup menjadi 20 tahun. Remisi itu berdasarkan pasal Keputusan Presiden RI Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi.

Keputusan tersebut menuai kecaman dari kalangan pers. Menurut Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar keputusan tersebut kemunduran kebebasan pers.

Sikap politik PDIP ini disampaikan dalam rangka Hari Pers Nasional yang jatuh pada 9 Februari.

Hasto mengatakan, indikasi demokrasi sehat adalah kebebasan pers. Maka itu pers harus bebas dari intimidasi dan kekerasan.

"Indonesia harus bebas dari intimidasi, dan kekerasan terhadap insan pers," ujarnya.

 


Peran Pers dalam Pembebasan Bangsa

Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf, Hasto Kristiyanto dan politikus PDIP Djarot Saiful Hidayat (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dia menuturkan sepanjang sejarah, pers terlibat dalam perjuangan pembebasan bangsa Indonesia dari penjajahan, dan penindasan. Karenanya penuh penghormatan terhadap demokrasi, keadilan dan kemanusiaan.

Hasto bercerita, Bung Karno menegaskan pers melahirkan kekuatan terang peradaban. Hal itu disampaikan dalam diplomasi internasional di Amerika Serikat dalam perjuangan pembebasan Irian Barat. Sang proklamator mengutip pernyataan Mark Twain bahwa di dunia ada kekuatan yang bisa memberikan terang.

"Pertama adalah Matahari sebagai Ciptaan Allah SWT, dan kedua dalah pers. Karena itulah pers tidak hanya menjadi pilar keempat demokrasi, namun juga penjaga peradaban demokrasi dan sekaligus penjaga kemanusiaan itu sendiri," kata Hasto.

"Dirgahayu Pers Indonesia. Kobarkan semangat juang, perkuat jalan demokrasi kerakyatan, keadilan, dan kemanusiaan, perkuat kedaulatan dan kebebasan pers Indonesia," tandas Hasto mengucapkan selamat Hari Pers Nasional.

 

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya