Ribuan Ulama dan Santri di Garut Kobarkan Dukungan kepada Jokowi - Ma'ruf Amin

Puluhan ribu relawan Jokowi Garut yang berasal dari kalangan kiai dan santri seluruh pesantren dan para nahdliyin (warga NU) siap menangkan pasangan Jokowi-Maruf Amin pada Pilpres mendatang.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 10 Feb 2019, 08:08 WIB
Gubernur Jawa Barat di antara deretan kiai dan ulama Garut saat deklarasi dukungan Jokowi-Maruf Amin kemarin (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Puluhan ribu massa Nahdlatul Ulama (NU) dan relawan pemenangan Jokowi–Ma’ruf Amin, dalam peringatan Hari lahir (Harlah) ke-93 NU dan Harlah ke-73 Muslimat NU di kabupaten Garut, Jawa Barat, menyatakan siap memenangkan kembali Jokowi untuk periode kedua jabatan Presiden.

Dibanding pelaksanaan deklarasi sebelumnya seluruh capres dan cawapres yang hadir di Garut, acara kali ini yang dipusatkan di Lapangan Merdeka Kerkop, tampak begitu meriah. Kemacetan pun terjadi di mana-mana, puluhan ribu massa NU tumpah menghijaukan lapangan untuk memberikan dukungan kepada Jokowi.

Mereka tak hentinya terus meneriakan yel-yel 'Jokowi Presidenku dan Ma’ruf Amin Wapresku'. Kondisi itu semakin menambah kemeriahan peringatan Harlah ke-93 NU dan Harlah ke-73 Muslimat NU di Kabupaten Garut.

Dalam acara Sabtu, 9 Februari 2019, selain memperingati Harlah NU dan Muslimat NU, dilangsungkan pula deklarasi dukungan terhadap pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin dari relawan Jokowi Garut (Jogar).

Ketua, Tim Relawan Jokowi Garut (Jogar) Yudi Lasminingrat mengatakan, sesuai dengan jumlah undangan yang disebar, tak kurang dari 48 ribu massa dari 42 kecamatan di Garut, menghadiri acara itu.

"Mungkin karena antusias dan besarnya dukungan masyarakat Garut bagi Pak Jokowi," kata dia.

Seperti halnya relawan pemenangan Jokowi-Maruf lainnya di lapangan, relawan Jogar memiliki strategi khusus untuk memenangkan pasangan nomor urut satu itu di tiap kecamatan di kabupaten Garut.

"Kita akan terus menggalang kekuatan sampai ke tingkat RT, termasuk melakukan deklarasi di setiap kecamatan," ujar dia.

Untuk menambah raihan suara, Jogar Garut ujar Yudi, siap merangkul dan menargetkan suara dari kaum buruh, komunitas, termasuk kaum mienial. "Mereka dibutuhkan untuk melakukan sosialisasi ke pemilih pemula di kabupaten Garut," kata dia.

Meskipun demikian, euforia deklarasi ini hanya sebatas dilakukan sebagai ajang silaturahmi untuk demokrasi, bukan ajang untuk saling menjelekkan salas satu pasangan capres dan cawapres, yang menjadi konsestan pilpres 17 April mendatang. "Karena bagaimana pun bagi saya NKRI adalah Harga Mati," ujarnya.

 

 


3 Alasan Harus Memilih Jokowi-Maruf Amin

Puluhan ribu warga Nahdiyin menghadiri Harlah NU ke-93 sekaligus deklarasi dukungan buat Jokowi-Maruf Amin (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Sementara itu KH Abdul Mujib menambahkan, ada tiga alasan memilih pasangan Capres Jokowi-Maruf Amin. Pertama, Jokowi terbilang bersih tidak pernah korupsi, selama memimpin pemerintahan, mulai dari Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga Presiden saat ini.

"Di mana Pak Jokowi terlibat korupsi? Tidak ada, aman. Orangnya bersih," ujar dia di atas podium.

Kedua, cara Jokowi menghormati terhadap ulama dan menghormati umat Muslim tanah air sangat mulia. Hal itu dibuktikan dengan penetapan hari santri nasional, serta pilihannya pada Maruf Amin, sebagai pendampingnya.

"Tapi bagi kita semua, haram hukumnya menghina capres cawapres yang lainnya," ujar dia mengingatkan selurih massa yang hadir.

Ketiga, Presiden Jokowi adalah presiden pekerja dan mau membangun Indonesia. "Banyak sekali infrastruktur Indonesia yang dibangun di zaman Jokowi, semoga kita menjadi negara baldatun toyiban warobun gohofur," kata dia.

Ia pun tak sungkan mengklaim, jika mayoritas ulama dan kalangan pesantren di Garut, bakal tumpah tuah memenangkan pasangan Presiden Jokowi-Maruf Amin. "NKRI didirikan oleh ulama, sekarang ada wakil kita ulama besar mendampingi Pak Jokowi, maka wajib kita mendukungnya," kata dia.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan, pilihannya untuk mendukung Jokowi-Maruf Amin didasarkan atas itikad pribadi yang menghargai jasa ulama terhadap perjuangan republik ini. "KH Muhyidin dipenjara karena membela NKRI, saya sang cucunya jelas akan membela hadil ijtihad para ulama," kata dia.

Ia menilai sosok Jokowi yang memilih tokoh KH Maruf Amin, merupakan keputusan yang tepat untuk menyeimbangi keputusan yang akan diambil pemerintah. 

"Yang jelas akan melindungi nilai Islam, nah sekarang kiai Amin ada dalam dalam kekuasaan, nanti keputusan pak Jokowi itu tidak akan jauh-jauh dari ulama," ujar Emil.

Ia pun meminta semua warga Garut, terutama warga nahdliyin, kemudian kalangan ulama dan santri di kota Intan Garut, bahu-membahu memenangkan pasangan Jokowi-Maruf Amin. "Kalau ingin selamat pilihlah ulama," ujarnya.

 


Jabar Juara

Gubernur Jawa Barat di antara deretan kiai dna ulama Garut saat deklarasi kemarin (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Sebagai lumbung suara nasional, dukungan masyarakat Jawa Barat cukup penting untuk memenangkan Capres dan Cawapres Jokowi-Maruf Amin. "Garut juara, Jabar juara, Indonesia juara, " ujar RK.

Menurut Emil panggil akrabnya Ridwan Kamil, saat ini kondisi Indonesia cukup stabil. Bahkan, hasil survei salah satu lembaga survei dunia 2017 terhadap 200 negara besar dunia, Indonesia termasuk negara paling optimistis di dunia.

"Negara lain boleh pesimis, masyarakat lain boleh pesimis, tapi bangsa Indonesia harus optimis menjadi negara adidaya di dunia," kata dia.

Bukan hanya itu, survei terbaru 2018 mencatat, masyarakat Indonesia termasuk sebagai negara paling baik dermawan di seluruh negara di dunia. "Walaupun wajahnya susah tapi soal wakaf, sedakah, infak, Indonesia juara dunia," ujar Emil bangga.

Untuk itu, sebagai jalan menuju negara adidaya dunia, dibutuhkan transisi kekuasaan dan kepemimpinan yang kuat dan lancar. "Mana ada aman di Suriah, mana ada aman di Afganistan, kita negara paling beragam di dunia aman-aman saja, " ujar dia.

Di tengah pesta demokrasi yang berlangsung saat ini, Emil tak hentinya meminta masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

"Dulu ada negara Yugoslavia karena masyarakatnya pecah sekarang hilang, dulu ada Uni Soviet juga pecah menjadi Rusia dan beberapa negara bagian, India juga pecah jadi Bangladesh dan Pakistan, " ujarnya.

Selain itu, banyaknya informasi bohong yang beredar di masyarakat, harus ditanggapi bijak, sehingga tidak menimbulkan polemik dan perpecahan umat. "Tahun lalu ada 5.000 berita bohong diproduksi, kenapa? Sebab orang-orang jarang baca, rangking baca orang Indonesia itu rendah, " kata dia.

Ia mencatat, rata-rata masyarakat Indonesia, hanya membaca 27 halaman buku setiap tahunnya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya