Juan Guaido Siap Jebol Blokade Bantuan Kemanusiaan ke Venezuela

Pemimpin oposisi Venezuela berjanji untuk segera menjebol blokade bantuan kemanusiaan ke negara itu.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 10 Feb 2019, 13:26 WIB
Juan Guaido, pemimpin oposisi yang mengklaim sebagai presiden sementara Venezuela (AP/Fernando Llano)

Liputan6.com, Caracas - Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido telah bersumpah untuk segera menjebol blokade rute bantuan kemanusiaan ke negara itu, yang ditutup secara sepihak oleh Presiden Nicolas Maduro.

Guaido, yang menyatakan dirinya sebagai presiden sementara di negara kaya minyak itu, meminta sukarelawan untuk bantu mengawal distribusi, dan mengatakan rencana tersebut akan siap pekan depan.

Dikutip dari BBC pada Minggu (10/2/2019), beberapa foto dan rekaman video menunjukkan pasukan Bolivar --nama resmi tentara Venezuela-- memblokir jembatan utama di perbatasan dengan Kolombia.

Sementara itu, Guaido tidak mengontrol wilayah mana pun di Venezuela, sehingga ia berencana untuk mendirikan pusat pengumpulan bantuan di negara-negara tetangga yang menjadi tempat pelarian warga Venezuela.

Dia mengatakan ingin membentuk koalisi internasional untuk mengumpulkan bantuan di tiga titik, dan menekan tentara Venezuela untuk membiarkannya masuk ke negara itu.

Makanan dan obat-obatan yang dikirim via lembaga USAID --milik pemerintah federal AS-- tiba pada hari Kamis, dan kini telah disimpan di sebuah gudang di sisi perbatasan Kolombia.

Guaido telah memperingatkan bahwa banyak rakyat Venezuela berada dalam risiko kematian yang tinggi, jika bantuan internasional tidak tersalurkan.

Berbicara kepada kantor berita AFP, ia mengatakan kelompok-kelompok sukarelawan yang ia kumpulkan akan "melakukan upaya terobos pertama" pada blokade terkait, ketika mereka telah mengumpulkan cukup persediaan. Dia mengatakan dia berharap ini bisa segera terlaksana pda pekan depan.

Ditanya apakah dia akan mengizinkan intervensi pasukan militer asing terhadap penuntasan krisis Venezuela, Guaido mengatakan: "Kami akan melakukan segala hal yang memungkinkan.

"Ini jelas merupakan subjek yang sangat kontroversial, tetapi memanfaatkan kedaulatan kami dan dalam yurisdiksi kami, kami akan melakukan apa yang diperlukan," tambahnya.

Di lain pihak, sejumlah pejabat tinggi Venezuela juga mengimbau militer untuk mengizinkan truk bantuan menyeberang ke negara itu.

 

Simak video pilihan berikut: 

 


Blokade Masih Berlangsung

Pasukan militer Venezuela memblokir perbatasan dengan Kolombia di Jembatan Tienditas, Cucuta, Kolombia, Rabu (6/2). Militer memblokade Jembatan Tienditas menggunakan sebuah tanker bahan bakar dan dua kontainer. (EDINSON ESTUPINAN / AFP)

Salah seorang pejabat pemerintah menyebut bantuan tersebut sebagai "kuda Trojan" yang membahayakan pemerintah, sehingga negara memiliki kewajiban untuk mempertahankan perbatasannya.

"Menurut konstitusi, kami memiliki hak dan kewajiban untuk mempertahankan perbatasan kami secara damai," kata Freddy Bernal, nama pejabat pemerintahan terkait.

Dia menuduh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang mendukung pemimpin oposisi, hanya ingin mengeksploitasi minyak Venezuela.

Sebelumnya, Presiden Venezuela Nicolás Maduro --yang mendapat dukungan dari tentara-- menolak membiarkan bantuan asing masuk ke negara itu.

Pekan lalu, sebuah kapal tanker dan peti kemas memblokir Jembatan Internasional Simon Bolivar, yang menghubungkan Venezuela dengan tetangganya yang lebih stabil di sebelah barat.

Blokade masih berlangsung di sana hingga hari Sabtu, dan banyak tentara terlihat berjaga.

Kian memanasnya krisis di Venezuela bermula pada pelantikan Maduro sebagai presiden untuk kedua kalinya pada Januari lalu. Di belakangnya, pemilu yang memenangkan dirinya banyak dikritik sebagai agenda politik yang curang.

Sementara itu, Juan Guaido, yang terpilih sebagai ketua Majelis Nasional Venezuela, menyatakan dirinya sebagai presiden pada 23 Januari.

Dia mengatakan konstitusi memungkinkan dia untuk mengambil alih kekuasaan sementara ketika presiden dianggap tidak sah. Pada hari Sabtu, ia mengatakan bahwa aksi protes akan berlanjut sampai para pendukungnya mencapai "kebebasan".

Sementara itu, jutaan orang telah meninggalkan Venezuela karena hiperinflasi dan masalah ekonomi lainnya, yang membuat ketersediaan makanan dan obat-obatan menjadi langka.

Sejak pecahnya krisis politik, AS telah mengumumkan sanksi terhadap industri minyak Venezuela.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya