Pasukan Suriah Dukungan AS Gempur Kantong Terakhir ISIS di Suriah

Pasukan Suriah dukungan AS melancarkan serangan terakhirnya untuk menumpas ISIS.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Feb 2019, 06:19 WIB
Ilustrasi ISIS (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Damaskus - Pasukan Demokratik Suriah yang didukung AS mengatakan Sabtu 9 Februari 2019 bahwa mereka telah memulai serangan terhadap ISIS, untuk menumpas enklave atau daerah kantong terakhir yang dikuasai kelompok militan itu di Suriah timur.

Mustafa Bali, seorang juru bicara SDF, mencuit Sabtu, "#SDF mulai bergerak ke desa terakhir yang masih dikuasai para militan. Desa Baghuz, yang merupakan kantong #ISIS satu-satunya yang tersisa, akan segera dibebaskan."

"Pertempurannya sangat sengit," kata Bali kepada Associated Press yang dikutip dari VOA Indonesia, Senin (11/2/2019).

Kendati demikian dia tidak mengatakan berapa lama SDF memperkirakan pertempuran dengan ISIS kali ini akan berlangsung.

SDF, yang didukung serangan udara koalisi pimpinan AS, memerangi ISIS di wilayah seluas 4 kilometer persegi yang mencakup Baghuz dan dekat dengan perbatasan Irak.

Para pejabat SDF dan Pemantau HAM Suriah yang berbasis di Inggris memperkirakan ada sekitar 3.000 militan ISIS, kebanyakan orang asing, di wilayah itu. Pemantau itu juga memperkirakan ratusan warga sipil masih berada di wilayah tersebut.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:


Donald Trump Klaim Suriah dan Irak 100 Persen Bebas ISIS

Pasukan Demokratik Suriah yang didukung AS, merebut Bandara Tabqa dari ISIS di dekat bendungan terbesar Suriah yang rentan ambruk. (AFP)

Sementara itu, sebelumnya Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim, wilayah Suriah dan Irak yang diduduki ISIS bisa "100 persen" dibebaskan pada awal pekan depan.

"Harus diumumkan, mungkin beberapa waktu pekan depan, bahwa kita akan memiliki 100 persen wilayah yang terbebas," katanya pada pertemuan mitra koalisi global melawan ISIS, seperti dikutip dari BBC, Kamis 7 Februari 2019.

Namun, dia juga mengingatkan bahwa dia ingin "menunggu kata resmi" seputar hal itu.

Trump mengejutkan sekutu koalisi pada Desember 2018 ketika dia menyatakan bahwa ISIS telah dikalahkan, di tengah laporan dia ingin menarik tentara AS dalam waktu 30 hari.

Namun dia kemudian memperlambat penarikan setelah beberapa pengunduran diri dari pejabat pertahanan utama dan kritik keras dari Partai Republik dan sekutu di luar negeri.

Para pejabat militer dan intelijen AS telah lama mengatakan bahwa ISIS dapat muncul kembali tanpa adanya tekanan kontra-terorisme yang berkelanjutan dari pihak-pihak yang memerangi mereka.

Koalisi global melawan ISIS, yang kini berjumlah hampir 80 negara, dibentuk pada 2014 setelah kelompok itu menyerbu wilayah dan terus melancarkan serangan teror di luar kawasan.

"Tanah mereka hilang," kata Trump pada konferensi hari Rabu di Washington. "ISIS telah dihancurkan."

Tetapi kelompok itu masih memiliki "bagian kecil yang bisa sangat berbahaya", katanya, dan "pejuang asing tidak boleh mendapatkan akses" ke AS.

Dia juga merujuk ke mesin propaganda ISIS, yang merekrut pejuang dari Eropa dan daerah lain.

"Untuk jangka waktu tertentu mereka menggunakan internet lebih baik daripada kita," katanya. "Mereka menggunakan internet dengan cemerlang tetapi sekarang tidak begitu cemerlang."

Pemimpin AS itu mengucapkan terima kasih kepada mitra koalisi, dengan mengatakan, "Kami akan bekerja sama untuk tahun-tahun mendatang."

Menteri Luar Negeri Mike Pompeo berjanji AS akan terus berperang melawan ISIS, meski menarik pasukan dari Suriah.

Dia menyebut penarikan pasukan itu sebagai "perubahan taktis ... bukan perubahan dalam misi", dan mengatakan dunia memasuki "era ekstremisme yang ter-desentralisasi".

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya