Tanpa Disadari, Jatuh Cinta Bisa Pengaruhi Sistem Kekebalan Tubuh

Jatuh cinta juga mempengaruhi pikiran positif.

oleh Afifah Cinthia Pasha diperbarui 11 Feb 2019, 11:30 WIB
Ilustrasi jatuh cinta

Liputan6.com, Jakarta Jatuh cinta memang bisa bikin hati berbunga-bunga. Kadang bikin senyum-senyum sendiri dan bahagia sepanjang hari. Meski terkadang, kalau cinta tak berjalan sesuai rencana dan harapan bisa membuat sedih dan terluka. 

Tapi jangan sampai kapok jatuh cinta. Soalnya, jatuh cinta bisa memberi banyak manfaat positif untuk kesehatan termasuk pada sistem kekebalan tubuh.

Cinta memang bukan obat, tapi memiliki dampak yang sama. Jatuh cinta tidak hanya memengaruhi benak seseorang, zat-zat kimia yang muncul juga bereaksi ke seluruh tubuh. Itu sebabnya terkadang kamu merasa ada sensasi seperti bergetar saat melihat orang yang kamu cintai, atau perasaan "mabuk" setelah bertemu seseorang yang spesial di hati.

Berikut penjelasan mengapa jatuh cinta bisa pengaruhi sistem kekebalan tubuh yang telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (11/2/2019).


Jatuh cinta pengaruhi sistem otak.

Jatuh cinta memang membawa perubahan bagi seseorang, baik perubahan fisik maupun mental. Salah satunya adalah perubahan pada bagian otak yang berhubungan dengan empati, yang berfungsi mengendalikan stres dan emosi. Ini sebabnya saat jatuh cinta kamu merasa bahagia dan seperti lepas dari stres.

Setelah perubahan pada otak, para ahli juga meneliti sensasi fisik, seperti jantung berdebar dan pemikiran obsesif. Hal ini telah menyebabkan para ilmuwan beranggapan ada perubahan mendasar pada fisiologi manusia.

Penelitian terbaru rupanya membahas lebih dalam lagi pengaruh jatuh cinta pada manusia, yakni memengaruhi sistem kekebalan tubuh manusia.


Jatuh Cinta Bisa Pengaruhi Sistem Kekebalan Tubuh

Para peneliti di University of California di Los Angeles mengambil sampel darah dari 47 wanita muda ketika mereka memulai hubungan baru selama dua tahun. Penelitian mengamati perubahan sistem kekebalan tubuh pada mereka yang jatuh cinta dan menemukan bahwa melakukan hal itu tidak hanya berdampak pada wanita secara psikologis, tetapi juga secara fisik.

Peneliti menemukan bahwa jatuh cinta pada seseorang menyebabkan gen memproduksi interferon-protein yang biasanya digunakan untuk melawan virus.

“Jatuh cinta dikaitkan dengan pengaturan interferon yang konsisten dengan tanggapan sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi virus,” kata para peneliti, seperti dikutip dari The Independent.

Para ilmuwan juga melihat bagaimana tingkat interferon berubah selama jatuh cinta dan menemukan penurunan interferon pada mereka yang akhirnya putus cinta. Jika melihat pengurangan ekspresi gen yang terkait dengan interferon tersebut, padat disimpulan jatuh cinta bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh belipat-lipat.


Hal yang Terjadi pada Otak Ketika Jatuh Cinta

Ketika sedang jatuh cinta, ada yang mengatakan bahwa bagian perut terasa bergejolak karena perasaan yang berbunga-bunga. Cinta memang kerap dilihat sebagai respons emosional. Ternyata neurologi dan fisiologi otak juga memainkan peran besar untuk membuat hubungan asmara bisa berjalan lebih lama.

Lalu, bagaimana cara otak membuat kamu merasa bahagia saat jatuh cinta? Tentunya, dengan membangun hubungan yang kuat dan menumbuhkan rasa cinta di dalam pikiran kamu.

Menurut seorang ahli antropologi biologis, Helen Fisher, dan ahli syaraf, Lucy Brown, bahwa ketika pasangan memiliki pikiran yang positif antara satu sama lain, maka mereka lebih mudah membuat hubungan tersebut bisa berjalan lebih lama. Salah satu pikiran positif itu adalah mengabaikan hal yang tidak disukai dari pasangan dan berfokus pada apa yang disukai.


Berpikir positif

Studi ini juga menemukan bahwa pasangan yang memiliki hubungan asmara yang bahagia dalam rentang waktu lama, ada 3 wilayah pada bagian otaknya yang menjadi aktif. Wilayah tersebut antara lain:

Bagian otak yang berhubungan dengan empati, bagian otak yang terhubung untuk mengendalikan stres dan emosi, bagian otak yang dihubungkan dengan pikiran positif dan area yang terkait dengan pikiran positif tersebut yang disebut sebagai korteks prefrontal ventromedial. Ini adalah sebuah daerah di mana kamu memproses sebuah keputusan.

Lalu, apa yang terjadi dengan wilayah tersebut saat kamu jatuh cinta? Aktivitas di wilayah tersebut akan menurun karena otak akan memilih menghilangkan perasaan negatif ketika kamu merasakan cinta dan perasan yang terbalaskan oleh pasangan.

Sebuah penelitian dan data fisik menemukan, ketika kamu bisa saling mendukung dan menghormati saat menjalin hubungan asmara, maka saat itulah kamu bisa menunjukkan empati dan keterbukaan akan kelemahan dan kekurangan masing-masing.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya