Lokasi Likuefaksi Palu Akan Disulap Jadi Destinasi Wisata

Semua lokasi bencana likuefaksi di Kota Palu dan Kabupaten Sigi akan dijadikan destinasi wisata.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Feb 2019, 01:00 WIB
Pandangan udara memperlihatkan sejumlah bangunan rusak usai dilanda gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). Gempa berkekuatan 7,4 Magnitudo disusul tsunami melanda Palu dan Donggala pada 28 September 2018. (JEWEL SAMAD/AFP)

Liputan6.com, Palu - Semua lokasi bencana likuefaksi di Kota Palu dan Kabupaten Sigi akan dijadikan destinasi wisata. Hal itu diungkapkan Matindas Rumambi, anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tengah.

"Karena itu tidak boleh lagi ada bangunan yang dibangun di lokasi eks likuefaksi," ungkap Matindas, seperti dikutip laman Antara, Senin (11/2/2019).

Matindas yang juga Sekretaris DPD PDI Perjuangan Provinsi Sulteng tersebut mengatakan, beberapa lokasi permukiman di Palu dan Kabupaten Sigi ditetapkan pemerintah sebagai lokasi yang tidak boleh lagi menjadi permukiman penduduk.

Pemerintah merencanakan lokasi-lokasi eks likuefaksi seperti di Balaroa, Petobo, dan Jono Oge yang sebelum terjadinya gempabumi 7,4 SR pada 28 September 2018 padat penduduk, kini akan dijadikan lokasi wisata.

"Yang pasti tidak ada lagi bangunan rumah atau usaha apapun itu dibangun di lokasi likuefkasi," tegasnya.

Karena itu, Matindas meminta masyarakat untuk berharap, apalagi memaksakan diri untuk kembali membangun rumah di atas lokasi eks likuefaksi tersebut, sebab sudah tidak dibenarkan.

Pemerintah telah menyiapkan hunian sementara (Huntara) sambil menunggu pembangunan hunian tetap (Huntap) bagi warga yang kehilangan rumah di sejumlah wilayah seperti Petobo dan Balaroa yang lokasinya sudah ditetapkan di Duyu dan Kelurahan Tondo.

Dua lokasi itu, kata dia, akan dibangun permukiman tetap bagi korban likuefaksi untuk wilayah Kota Palu.

Begitu halnya dengan korban gempabumi dan likuefaksi di Jono Oge, Kecamatan Sigibiromaru dan Sibalaya, Kecamatan Tanambulava. Lokasi Huntap sudah disediakan pemerintah.

Matindas juga mengatakan pemulihan ekonomi empat bulan pascabencana di Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong berjalan cukup cepat. Itu bisa dilihat dari mulai ramainya pusat-pusat perekonomian seperti pasar-pasar tradisional maupun modern, toko, swalayan, SPBU, terminal angkutan darat, bandara cukup ramai.

Begitu pula arus kendaraan bermotor yang lalu-lalang saban hari cukup padat. Bahkan saat pagi hari waktu kerja dan masuk sekolah di beberapa ruas jalan di Kota Palu terlihat macet.

"Ini menunjukan bahwa perekonomian masyarakat mulai pulih setelah sebelumnya porak-poranda diterjang gempabumi dan tsunami," tandasnya.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya