Ilmuwan: Kebakaran Lahan di Selandia Baru Akan Berlangsung Hingga Maret

Para ilmuwan mengatakan bahwa kebakaran lahan di Selandia Baru akan terus berlangsung hingga Maret mendatang.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 11 Feb 2019, 12:33 WIB
Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang meluas di Pulau Selatan, Selandia Baru (AP/Chad Sharman)

Liputan6.com, Auckland - Kebakaran yang telah merusak sebagian Selandia Baru selama sepekan terakhir, menurut otoritas terkait, masih mungkin terus berkobar hingga Maret mendatang.

Petugas pemadam kebakaran memutuskan mengubah strategi dalam memerangi kobaran api Tasman pada Minggu malam, setelah sejak Selasa lalu, berusaha mengendalikannya.

Dikutip dari The Guardian pada Senin (11/2/2019), kebakaran mencakup lebih dari 2.300 hektar lahan, dengan panjang garis api mencapai sekitar 25 kilometer.

Sebuah rumah dilaporkan hangus dan sekitar 3.000 orang telah dievakuasi dari kawasan Wakefield dan Pigeon Valley, di utara Pulau Selatan, Selandia Baru.

Sebelumnya, sempat muncul kekhawatiran bahwa angin kencang pada hari Minggu akan memperburuk situasi kebakaran.

"Namun, kelembaban yang ternyata lebih tinggi dari perkiraan, berarti petugas pemadam kebakaran memiliki hari yang baik untuk mengendalikan api," kata John Sutton, manajer regional unit pemadam kebakaran dan darurat, pada hari Senin.

Sutton mengatakan Minggu malam adalah "salah satu momen paling sunyi" yang dihadapi para petugas pemadam kebakaran, di mana memungkinkan mereka lebih banyak mengendalikan kobaran api.

"Fokus kami saat ini adalah menghentikan laju api di tanah, dan berupaya memperkuat pengendalian di sekitar batas area panas dari kebakaran. Kami telah membuat kemajuan yang signifikan," kata Sutton.

Namun, dia mengingatkan bahwa "pertarungan melawan api" belum berakhir.

"Masih banyak sekali area yang terkena dampak panas, meski tidak terbakar. Ini penting untuk diatasi segera agar kekuatan api cepat melemah," ingat Sutton.

 

Simak vdieo pilihan berikut: 

 


Selandia Baru Semakin Kering

Ilustrasi Kebakaran Hutan (iStockphoto)

Saat ini, pihak berwenang tengah berupaya memastikan skenario pemulangan warga dari lokasi pengungsian berjalan dengan aman. Beberapa area hunian sudah dinyatakan aman pada hari Senin, meski masih banyak lainnya tetap dalam status waspada.

Manajer komunikasi Palang Merah Selandia Baru Ellie van Baaren mengatakan para pengungsi mengaku lelah dan frustrasi.

"Ketika Anda harus meninggalkan rumah dan dalam beberapa kasus, ternak dan hewan Anda tidak diketahui nasibnya, serta kini Anda tinggal bersama teman dan keluarga di penampungan, maka itu adalah situasi yang tidak pasti bagi semua orang," katanya.

Banyak daerah yang terkena dampak di selatan Kota Nelson --kota yang paling terdampak-- merupakan kawasan hutan lindung, yang diselingi oleh beberapa pertanian kecil.

Kebakaran hutan relatif jarang terjadi di Selandia Baru, tetapi bencana kali ini adalah kobaran api signifikan kedua dalam dua tahun terakhir.

Kondisi tersebut mengikuti gelombang panas yang mendorong kenaikan suhu di beberapa bagian negara itu menjadi 30 derajat Celsius.

Para ahli telah memperingatkan bahwa kebakaran hutan seperti ini dapat menjadi lebih umum karena Selandia Baru menjadi lebih rentan terhadap kekeringan akibat perubahan iklim.

"Ada risiko tinggi bahwa apa yang kita dapatkan pada akhirnya adalah bentang alam yang lebih mudah terbakar, yang lebih rentan terhadap kebakaran," ujar George Perry, profesor ilmu lingkungan di University of Auckland.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya