Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak bervariasi dengan kecenderungan melemah pada perdagangan saham awal pekan ini.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (11/2/2019), IHSG melemah 26,66 poin atau 0,41 persen ke posisi 6.495. Indeks saham LQ45 susut 0,69 persen ke posisi 1.020,75. Sebagian besar indeks saham acuan melemah kecuali indeks saham Pefindo25 naik 2,68 persen.
Sebanyak 232 saham melemah sehingga menekan IHSG. 172 saham menguat dan 128 saham diam di tempat. Pada awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.535,17 dan terendah 6.494,12.
Baca Juga
Advertisement
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 471.609 kali dengan volume perdagangan 14,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,7 triliun. Investor asing jual saham Rp 12,22 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran 14.040.
Sebagian besar sektor saham melemah kecuali sektor saham infrastruktur naik 0,69 persen dan sektor saham perdagangan mendaki 1,11 persen.
Sektor saham aneka industri merosot 1,65 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham tambang terpangkas 1,53 persen dan sektor saham konstruksi susut 1,21 persen.
Saham-saham yang mencatatkan penguatan antara lain saham LEAD menguat 34,33 persen ke posisi 90 per saham, saham DWGL mendaki 34,04 persen ke posisi 126 per saham, dan saham MDIA menanjak 25,41 persen ke posisi 153 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham SOTS melemah 17,34 persen ke posisi 286 per saham, saham PNSE merosot 16,56 persen ke posisi 655 per saham, dan saham RELI turun 12 persen ke posisi 220 per saham.
Bursa saham Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,71 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,17 persen, indeks saham Shanghai mendaki 1,36 persen, indeks saham Singapura naik 0,13 persen dan indeks saham Taiwan melonjak 0,72 persen. Sedangkan indeks saham Thailand turun 0,73 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, IHSG melemah didorong minimnya sentimen positif dari domestik.
Salah satunya melebar current account defisit atau defisit neraca transaksi berjalan (CAD) menjadi USD 9,1 miliar atau 3,57 persen pada kuartal IV 2018. Ini membuat IHSG dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tertekan.
"Secara eksternal, para pelaku pasar masih wait and see terkait dengan kemajuan negosiasi perdagangan bebas yang berkeadilan antara AS dengan China," kata Nafan saat dihubungi Liputan6.com.
Prediksi Analis
Sebelumnya, performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak melemah pada perdagangan saham di awal pekan ini. Sentimen eksternal hingga internal diyakini akan mempengaruhi pola gerak IHSG pada hari ini.
Dari faktor eksternal, laju IHSG akan didominasi oleh perkembangan pembahasan perang dagang antara dua negara adidaya yaitu Amerika Serikat (AS)-China. Sedangkan sisi internal, hasil rilis laporan keuangan emiten kuartal IV 2018 akan mewarnai pergerakan indeks.
"Pergerakan dalam satu pekan kedepan yakni Senin-Jumat masih terdapat potensi profit taking(melemah) dalam perjalanannya. Namun tetap punya potensi menutup akhir Jumat depan dengan penguatan terbatas," ungkap Managing Director Jagartha Advisors FX Iwan saat dihubungi Liputan6.com, Senin 11 Februari 2019.
Dengan masih dibayangi aksi profit taking domestik, menurutnya, IHSG kemungkinan terkoreksi dengan bergerak pada level 6,425-6,650.
"Itu karena melihat kenaikan indeks yang sudah mencapai +5.28 persen year-to-date (YTD)," imbuhnya.
Melanjutkan, Kepala Riset Narada Kapital Kiswoyo Adi Joe menjelaskan, IHSG secara teknikal akan melaju melemah pada level support 6.450 dan resistance di 6.700.
Sementara itu, untuk saham rekomendasi hari ini, kata Iwan, anjuran saham yang dapat dijadikan pilihan adalah saham-saham dengan kapitalisasi besar yang menjadi incaran investor asing saat kembali ke pasar domestik.
Itu antara lain saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), dan PT Astra International Tbk (ASII).
Sedangkan menurut Kiswoyo saham cuan ialah saham PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), serta PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement