Penurunan Harga BBM Bisa Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Penurunan harga Premium di Wilayah Jawa, Madura dan Bali (Jamali) sebesar Rp 100 per liter menjadi Rp 6.450 per liter.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Feb 2019, 19:20 WIB
Petugas mengisi BBM pada sebuah motor di salah satu SPBU, Jakarta, Sabtu (5/1/2019). PT Pertamina (Persero) menurunkan harga BBM non subsidi masing-masing Dexlite Rp 200 per liter, dan Dex Rp 100 per liter. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyambut baik penurunan harga BBM nonsubsidi yang dilakukan PT Pertamina (Persero). Menurutnya, penyesuaian harga BBM tersebut bisa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

"BBM bagus dong (turun). Ya berarti ekonomi kita makin baik," kata Luhut saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Senin (11/2/2019).

Diketahui, harga BBM mengalami penurunan terhitung mulai Minggu 10 Februari kemarin. Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto mengatakan penurunan harga tersebut karena adanya perubahan divula penetapan harga BBM.

Peraturan Menteri ESDM No. 34 Tahun 2018 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perjanjian Harga Jual Bahan Bakar Minyak Eceran dan Keputusan Menteri ESDM No.19 K / 10 / MEM / 2019 tentang Formula Harga Dasar dalam Perbandingan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang disalurkan melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan / atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan SPBN yang efektif sejak tanggal 1 Februari 2019.

"Tahun lalu sebenarnya pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Kepmen tentang perhitungan harga jual eceran. Pasal 4 ayat 3 menyetujui, harga jual eceran ditentukan oleh badan usaha, wajib disetujui untuk menteri," kata Djoko di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta.

Bahkan, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyebut penurunan harga BBM non subsidi yang dilakukan PT Pertamina (Persero), mengikuti kondisi harga pasar dan menjaga agar keuntungan badan usaha penjual BBM non subsidi tidak lebih dari 10 persen, sesuai yang ditetapkan pemerintah.

"Ini turun menurut mekanisme pasar di mana marginnya sepuluh persen," kata Jonan, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (11/2).

Jonan melanjutkan, untuk penurunan harga Premium di Wilayah Jawa, Madura dan Bali (Jamali) sebesar Rp 100 per liter menjadi Rp 6.450 per liter, merupakan penyesuaian karena Premium di wilayah Jamali berubah statusnya, dari jenis bahan bakar umum menjadi penugasan.

"Kalau Premium, itu selama ini harganya di luar Jamali Rp 6.450," ujarnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pertamina, Shell dan Total Turunkan Harga BBM, Mana yang Termurah?

Pengendara motor mengisi kendaraannya dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU, Jakarta, Sabtu (5/1/2019). PT Pertamina (Persero) menurunkan harga BBM non subsidi masing-masing Dexlite Rp 200 per liter, dan Dex Rp 100 per liter. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tiga operator stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yaitu PT Pertamina (Persero), PT Total Oil Indonesia dan PT Shell Indonesia kompak menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM).

Total dan Shell menurunkan harga BBM pada Sabtu, 9 Februari 2019. Sementara Pertamina baru saja menurunkan harga beberapa produk BBM seperti Pertamax Turbo, Pertamax, Dexlite, dan Dex untuk wilayah Jawa, Madura dan Bali pada Minggu 10 Februari 2019 pukul 00.00.

Kebijakan ini menyusul tren menurunnya harga minyak mentah dunia dan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pertamina juga memperhatikan daya beli masyarakat. Besaran penyesuaian harga BBM ini bervariasi hingga Rp 800 per liter. 

Direktur Pemasaran Retail PT Pertamina (Persero), Mas'ud Khamid menuturkan, sesuai ketentuan Pemerintah, sebagai badan usaha hilir Migas Pertamina tunduk pada mekanisme penentuan harga dengan mempertimbangkan dua faktor utama, yakni harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah.

"Komponen utama penentu harga bersifat fluktuatif, sehingga kami terus melakukan evaluasi terhadap harga BBM," kata Mas'ud Khamid.

Untuk wilayah Jakarta, harga Pertamax Turbo turun Rp 800 menjadi Rp 11.200 per liter, Pertamax turun Rp 350 menjadi Rp 9.850 per liter, Dexlite turun Rp 100 menjadi Rp 10.200 per liter dan harga Dex turun Rp 50 menjadi Rp 11.700 per liter. Sementara Pertalite tetap Rp 7.650 per liter.

Berdasarkan pantuan Liputan6.com, Total telah memangkas harga bahan bakar yang dijualnya di seluruh SPBU pada Sabtu, 9 Februari 2019 pukul 14.00.

"Iya, di kami sudah turun dari Sabtu kemarin, jam 2 siang," jelas Fahmi Sunarya, salah seorang operator di SPBU Total Cideng Timur kepada Liputan6.com di Jakarta, Minggu (10/2/2019).

Adapun rentang penurunan harga produk BBM milik Total terbilang besar, yakni Rp 600 sampai Rp 950. Seperti pada produk Performance 90, yang nilai jualnya turun Rp 600 menjadi Rp 9.300 per liter.

Sementara, harga Performance 92 turun dari Rp 10.500 per liter jadi Rp 9.900 per liter. Pemangkasan tertinggi terjadi pada Performance 95, yang kini dibanderol Rp 10.950 per liter dari sebelumnya Rp 11.900 per liter.

Kendati demikian, ada satu produk bahan bakar milik Total yang secara harga tak berubah, yakni Performance Diesel. "Itu enggak turun, tetap Rp 11.900 per liter," ujar Fahmi.

Perusahaan asal Belanda, Shell juga menurunkan harga BBM di wilayah Jabodetabek. Penurunan harga ini telah terjadi sejak Sabtu 9 Februari 2019 pukul 00.00 WIB.

Untuk produk BBM kategori RON 92 yakni Super, Shell kini mematok harga Rp 9.900 per liter, turun dari Rp 10.800 per liter. Sementara untuk V Power RON 95, harganya terpangkas dari Rp 11.950 per liter menjadi Rp 10.950 per liter.

Sedangkan pada produk Shell Regular, nilai jualnya turun dari Rp 9.900 per liter jadi Rp 9.300 per liter. Sama seperti Total, Shell pun masih mempertahankan harga produk BBM berkategori diesel, yang masih dipatok Rp 11.900 per liter.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya