Grace Natalie Kecam Pembiaran Intoleransi

Menurut Ketua Umum PSI,Grace Natalie, fenomena normalisasi intoleransi akan terjadi ketika masyarakat semakin menganggap intoleransi sebagai sesuatu yang normal.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Feb 2019, 21:30 WIB
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie (FOTO: Liputan6.com/Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie mengingatkan masyarakat akan bahaya fenomena yang disebut "normalisasi intoleransi". Menurutnya fenomena ini dapat menimbulkan konflik yang akan menghancurkan toleransi di masyarakat.

“Pembiaran penyerangan atas kelompok yang berbeda keyakinan, penutupan tempat ibadah, meluasnya ceramah kebencian, lama-lama menjadi sesuatu yang kita anggap biasa. Inilah fenomena berbahaya yang disebut aktivis peneliti perempuan Sandra Hamid sebagai normalisasi intoleransi,” jelas Grace dalam pidato politiknya yang berjudul Musuh Utama Persatuan Indonesia di Festival 11 Yogyakarta yang bertempat di Grha Pradipta Jogja Expo Center, Senin (11/2/2019). 

Lebih lanjut dia mengatakan, gejala ini akan terjadi ketika masyarakat semakin menganggap intoleransi sebagai sesuatu yang normal.

"Gejala normalisasi intoleransi adalah ketika masyarakat semakin menganggap intoleransi sebagai sesuatu yang normal akibat meluasnya kampanye kultural yang mengajak orang hanya berpikir secara biner: hitam – putih. Kaum kita – musuh kita,” jelas Grace dihadapan ribuan ribu hadirin yang terdiri dari pengurus, kader, dan simpatisan PSI.

Di tengah gelombang normalisasi intoleransi yang semakin besar ini, Grace kembali menegaskan, pihaknya tidak akan tinggal diam. PSI akan terus melakukan perlawanan segala bentuk ancaman bagi persatuan masyarakat Indonesia. Karena sesuai dengan perjuangan pokok PSI, yaitu melawan intoleransi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Hentikan Provokasi di Medsos

Ketua umum PSI, Grace Natalie saat menggelar konferensi pers di kantor DPP PSI, Jakarta, Jumat (1/6). Sebelumnya pada 23 April 2018, PSI memasang iklan alternatif cawapres dan Kabinet Jokowi 2019-2024 di sebuah koran. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Di sisi lain, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meminta politikus kubu pasangan capres cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga menghentikan provokasi di media sosial.

Menurut juru bicara PSI bidang Teknologi Informasi Sigit Widodo, belakangan ini politikus dari kubu pasangan capres 02 itu kerap melontarkan pernyataan-pernyataan kontroversial di media sosial, sehingga memicu kemarahan publik.

"Yang terakhir, puisi ‘Doa yang Ditukar’ cuitan Fadli Zon memicu kemarahan kelompok Nahdliyin karena diduga menyindir Kiai Maimoen Zubair," kata Sigit Widodo, Rabu (6/2/2019).

Sebelum puisi Fadli Zon, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid, juga sempat di-bully warganet karena mempersoalkan cucu Jokowi, Jan Ethes, dengan mencolek akun Bawaslu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya