Survei: Wanita Jepang Beli Cokelat Mahal untuk Diri Sendiri Saat Valentine

Masihi zaman beli cokelat mahal untuk pasangan? Kalau wanita Jepang sih "No".

oleh Tommy K. Rony diperbarui 14 Feb 2019, 06:00 WIB
ilustrasi/copyright unsplash.com/Food Photographer Jennifer Pallian

Liputan6.com, Tokyo - Bisnis cokelat semakin harum di kala perayaan hari Valentine. Mengikuti tradisi Saint Valentinus,  seseorang memberikan cokelat ke orang-orang sebagai tanda kasih sayang.

Pemberian cokelat bisa dilakukan ke pasangan, keluarga, kolega, atau bisa juga seperti yang dilakukan para wanita Jepang: ke diri mereka sendiri.

Dilaporkan The Japan Times, terdapat 94,1 persen wanita Jepang yang akan menyerbu departement store untuk membeli chokorēto. Namun, kebanyakan menikmati sendiri kelezatan cokelat mahal yang dibeli wanita Jepang.

Sebanyak 61,8 persen responden akan memakan cokelat sendiri, lalu 56,7 persen akan memberikannya pada anggota keluarga.

Wanita yang akan memberi cokelat ke kekasih atau gebetan hanya 36 persen saja. Ada pula 35,2 persen perempuan berhati mulia yang akan menghadiahkan cokelat ke rekan kerja.

Harga cokelat yang dibeli wanita Jepang untuk sendiri juga mahal. Rata-rata mereka membeli cokelat untuk pribadi seharga 4.204 yen atau Rp 535 ribu (1 yen = Rp 127), dan untuk pasangan serta gebetan hanya 3.808 yen (Rp 484 ribu).

Survei dilakukan oleh Matsuya Co. di Ginza, Tokyo, dan melingkupi 781 perempuan berumur 18 sampai 78 tahun.

"Jika Hari Valentine dulunya adalah hari spesial ketika (wanita) memberikan hadiah dan mengungkapkan rasa cinta mereka ke seseorang, sekarang mereka membeli untuk diri sendiri dan hal ini membuktikannya," ujar pihak departement store.

 


Alasan Makan Cokelat Bisa Bikin Stres Menurun dan Bahagia Meningkat

Ilustrasi/copyright unplash.com/rawpixel

Yayasan konsumen Jerman, Warentest, melakukan uji coba dengan 25 merek cokelatyang paling populer, termasuk Milka, Lindt dan Merci. Ternyata cokelat yang paling mahal justru ada di peringkat bawah.

Warentest memberi peringkat berdasarkan rasa, sentuhan aroma dan "mouthfeel", tetapi juga mempertimbangkan bahan-bahan yang digunakan dan kandungan bakteri di dalamnya. 

Lalu, ada penilaian atas kemasan dan keakuratan keterangan daftar bahan yang digunakan dalam produksi.

Cokelat terbaik harus memiliki rasa yang lembut dan mengandung cukup banyak kakao (bahan dasar cokelat). Para penguji juga menilai tekstur permukaan cokelat yang harus halus dan tidak ada gelembung udara.

Cokelat panjang biasanya terbagi-bagi dalam blok-blok segi empat. Para penguji menilai, apakah bagian-bagian blok mudah dipatahkan, tanpa seluruh cokelat terpecah-pecah atau hancur.

Lalu siapa yang mendapat ranking tertatas di mata para penguji? Ternyata salah satunya adalah cokelat yang belum terlalu dikenal oleh publik internasional, demikian seperti dikutip dari DW Indonesia.

Mereknya adalahh "Die gute Schokolade", yang berasal dari seri produk fair trade. Produk-produk yang mencantumkan label fair trade memperhatikan sistem perdagangan yang lebih adil, yaitu dengan memperhatikan kesejahteraan petani.

Merek lain yang menduduki perangkat teratas adalah produk Swedia, Marabou Mjölk Choklad. Selain itu, ada pula merek Merci dan Milka Alpenmilch.

Cokelat dari merek ternama "Lindt" mendapat penilaian baik, namun kalah dari "Die gute Schokolade" karena kemasan Lindt dianggap menyesatkan konsumen.

Bungkus cokelat Lindt, misalnya, menunjukkan foto tumbuhan vanili, tetapi cokelat ini tidak mengandung vanili, melainkan hanya ekstrak vanili --bahan buatan yang diberi aroma seperti vanili.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya