Liga Champions, Audisi Final Ole Gunnar Solskjaer Jadi Manajer Permanen MU

Ole Gunnar Solskjaer siap unjuk gigi saat MU menghadapi PSG di 16 besar Liga Champions.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 12 Feb 2019, 17:15 WIB
Manajer interim Manchester United (MU) Ole Gunnar Solskjaer pada konferensi pers jelang duel melawan PSG di Liga Champions. (AFP/Frank Fife)

Liputan6.com, Jakarta - Duel melawan Paris-Saint Germain (PSG) menjadi audisi kedua Ole Gunnar Solskjaer untuk menjadi manajer permanen Manchester United (MU). The Red Devils terlebih dahulu menjadi tuan rumah, Rabu (13/2/2019) dini hari WIB, sebelum mengunjungi Prancis awal bulan depan.

Berstatus interim menggantikan Jose Mourinho, sejauh ini Solskjaer sudah membuktikan bisa memotivasi pemain, menerapkan gaya bermain sesuai tradisi klub, serta mengalahkan tim kuat di Liga Inggris. Yang masih menjadi pertanyaan adalah apakah dirinya bisa membawa MU bersinar di Eropa.

PSG merupakan tim ideal bagi Solskjaer untuk menunjukkan kapasitasnya. Tim tamu memang kehilangan Neymar dan Edinson Cavani pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions di Old Trafford.

Namun, raksasa Prancis itu masih memiliki skuat penuh bintang. Mulai kiper legendaris Gianluigi Buffon, Marco Verratti yang pulih cedera, serta calon pemain terbaik dunia Kylian Mbappe.

Keberhasilan menyingkirkan La Parisiens jelas makin memperkuat posisi Solskjaer, mengingat keberhasilan masuk delapan besar Eropa dianggap torehan terbaik MU musim ini. Apalagi jika dirinya mampu membawa The Red Devils berjaya di Estadio Wanda Metropolitano pada 1 Juni mendatang.


Lebih Positif

Manajer Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, berhasil membawa timnya meraih delapan kemenangan beruntun di seluruh ajang. (AP Photo/Matt Dunham)

Pada level tertentu, Solskjaer telah memenangkan pertarungan memperebutkan posisi manajer permanen MU. Pasalnya, dia memulihkan antusiasme terhadap pertandingan melawan PSG.

Atmosfer itu tidak ada di Old Trafford ketika undian memasangkan keduanya. Saat itu MU merupakan tim Liga Inggris yang diincar raksasa Eropa karena permainan tidak bergairah di bawah arahan Mourinho.

Sekarang status itu sudah menghilang. Solskjaer mampu memaksimalkan potensi skuat. Paul Pogba dan Anthony Martial tampil sesuai nilai transfer masing-masing. Sedangkan Marcus Rashford memperlihatkan potensinya sebagai striker andalan klub dan timnas di masa depan.

Buahnya adalah torehan 10 kemenangan dari 11 pertandingan di seluruh kompetisi dan rekor tidak terkalahkan. Kinerja tersebut membawa MU menembus zona empat besar Liga Inggris meski tertinggal 11 angka ketika Solskjaer tiba pertengahan Desember lalu. David de Gea dan kawan-kawan juga mencapai 16 besar Piala FA.

"Kami memiliki manajer dengan filosofi tertentu dan pemain mencoba memenuhi keinginannya. Mungkin lebih mudah menjalankan gaya sekarang ketimbang sebelumnya," kata Martial, dilansir Guardian.


Percaya Diri

Manajer Manchester United (MU) Ole Gunnar Solskjaer melihat anak asuhnya berlatih jelang menjamu Paris Saint-Germain (PSG) pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions di Manchester, Inggris, Senin (11/2). (FRANCK FIFE/AFP)

Tentu, potensi MU disingkirkan PSG tetap terbuka. Tidak tertutup pula kemungkinan The Red Devils kalah meyakinkan.

Meski begitu, Solskjaer mengaku percaya diri. Dia menilai dalam waktu tepat untuk mengikuti fase krusial Liga Champions.

"Selama di sini saya mengetahui seperti apa tim ini. Moril pemain rendah ketika saya tiba. Namun pemain bersikap fantastis untuk mengubah keadaan. Sekarang kami mampu menaklukkan siapa saja," tegas Solskjaer.


Musim Perayaan?

Dengan modal tersebut, Solskjaer coba mengulang kenangan manis di Liga Champions. Dialah pencetak gol dramatis penentu kemenangan atas Bayern Munchen pada final edisi 20 tahun lalu. Kini dia coba memenangkannya sebagai pelatih pada musim perayaan kemenangan dua dekade silam.

MU memiliki kebiasaan melakukannya. Mereka menjuarai Piala Champions, cikal Liga Champions, untuk kali pertama pada 1968. Tahun itu bertepatan 10 tahun kecelakaan pesawat terbang di Munich yang menewaskan hampir seluruh tim.

The Red Devils lalu mengangkat Si Telinga Besar 50 tahun kemudian seusai menaklukkan Chelsea lewat adu penalti.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya