PT DI Bakal Ekspor Pesawat ke Thailand hingga Nepal pada 2019

PT Dirgantara Indonesia (Persero) menargetkan kontrak baru untuk ekspor ke sejumlah negara pada 2019.

oleh Athika Rahma diperbarui 12 Feb 2019, 14:31 WIB
Pesawat N219 Nurtanio produksi PT Dirgantara Indonesia (Tommy Kurnia/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - PT Dirgantara Indonesia (Persero)/PT DI menargetkan kontrak baru untuk ekspor ke sejumlah negara pada 2019. Untuk kontrak baru tersebut sebagian besar untuk pesawat CN235 dan NC212.

Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Eflien Goentoro mengatakan, kerja sama ekspor baru tersebut dengan beberapa negara antara lain Thailand, Filipina, Malaysia dan Nepal.

"Kita rencanakan targetkan Thailand, Filipina, Malaysia kita targetkan semua. Nepal itu juga, ada beberapa yang kita targetkan untuk dapat," ujar dia di Gedung Kementerian Badan Usaha Milik Negara (KBUMN), Selasa (12/2/2019).

Dia menambahkan, PT Dirgantara Indonesia (Persero) akan membidik target dengan jumlah yang bervariasi dari setiap negara. Thailand ditargetkan tiga pesawat, Malaysia sebanyak dua pesawat, dan Nepal untuk satu pesawat.

Untuk jenisnya, Elfien menuturkan pesawat yang diekspor sebagian besar berjenis CN235 dan NC212. Untuk Thailand, misalnya, jenisnya CN235 dan NC212. Untuk Malaysia dan Nepal, jenisnya sama, yaitu CN235.

Sebelumnya, PT Dirgantara Indonesia telah bekerja sama dengan negara-negara yang sama pada 2002, 2003, dan 2004. 

Eflien mengungkapkan, jika tahun ini akan ada pengiriman pesawat yang merupakan penyelesaian kontrak lama. Pesawat yang akan dikirim tahun ini ada CN235 untuk Nepal dan Sinegal masing-masing 1 pesawat dan 2 pesawat jenis NC212 untuk Thailand.

Saat ditanya nilai kontrak, Eflien belum bisa memberikan jawaban pasti. Namun, hingga 2016 saja, tercatat PT DI telah menerima kontrak pesanan pesawat mencapai Rp 8 triliun. Tentunya jumlah nilai kontrak diprediksi akan semakin meningkat mengingat jumlah repeat order yang dilakukan semakin banyak.

"Ya, tidak hafal sekarang, yang jelas masing-masing harganya nanti keliru. Karena beda-beda. Karena kontraknya udah beberapa tahun yang lalu, bukan baru. Itu kan kita tinggal serahkan tahun ini,” ujarnya.

"Seperti kemarin tahun lalu PT DI bisa serah terima 18 pesawat sama helikopter, itupun kontrak dari 2002, 2003, 2004 baru kita beresin semua. Bikin pesawat paling enggak butuh 2 tahun paling cepat," ia menambahkan.

 


Pemerintah Dorong PT DI Kembangkan Pesawat Komersial

Pesawat N219 produksi PT Dirgantara Indonesia melakukan system navigation functional check. (Dok. PTDI)

Sebelumnya, Pemerintah mendorong PT Dirgantara Indonesia (PTDI) untuk mulai mengembangkan pesawat-pesawat komersial.

Demikian disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Hal tersebut mengemuka dalam rapat koordinasi dengan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro.

Sebagai contoh, kata dia, pesawat Nutarnio alias N-219 diharapkan tidak hanya diproduksi untuk keperluan militer, tapi juga untuk komersial. Pesawat-pesawat tersebut tentu akan menjadi andalan sebagai moda transportasi ke daerah terpencil.

"Kita lagi bicarakan dengan Pak Menteri Bappenas, kita mau Nurtanio itu PTDI itu jangan bicara untuk pesanan TNI saja tapi juga komersial juga, misal 219 sama amphibious (salah satu versi N-219) juga kita bisa produksi," kata dia, saat ditemui, di Kantornya, Jakarta, Rabu 6 Februari 2019.

"Karena market kita besar kelas menengah kita meningkat maka itu bisa dilakukan," lanjut Luhut.

Pemerintah, kata dia, juga mendukung pengembangan pesawat N-245. Pesawat N-245 adalah salah satu pesawat penumpang sipil.

Pesawat ini merupakan pengembangan dari CN-235. N-245 dikembangkan agar memiliki kapasitas penumpang yang lebih besar dibandingkan CN-235 

"Misalnya pengembangan CN-235 jadi N-245, supaya nanti komersial, jangan versi militer seperti itu," ujar dia.

Oleh karena itu diperlukan perluasan pabrik pesawat. Menurut dia, perluasan pabrik menjadi opsi yang diambil karena lebih murah daripada membangun pabrik baru.

"Kita jangan mulai dari nol terlalu mahal. N-219 itu sudah mungkin daerah Papua dan daerah kecil kita yang lain, lalu amphibious kita kan sekarang butuh pariwisata yang tersudut. Macam di pulau Moyo, di Labuan Bajo lah. Saya kira bagus sekali itu," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya