Makan Serangga Bisa Cegah Pemanasan Global? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Jumlah serangga yang banyak dan tidak adanya emisi menjadi cara yang paling masuk akal.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Feb 2019, 07:00 WIB
Terdapat berbagai olahan makanan berbahan dasar serangga, salah satunya yaitu hewan jangkrik. (Sumber foto: Google)

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan laporan dari PBB, dalam 12 tahun mendatang, suhu global Bumi akan memanas dengan peningkatan sekitar 1,5 derajat Celcius.

Hal ini diprediksi akan memperburuk deretan risiko yang merusak lingkungan, mulai kekeringan, banjir, panas ekstrem, hingga kemiskinan bagi jutaan orang.

Nah, ternyata ada cara yang cukup unik untuk mencegah pemanasan global terjadi. Hal ini berdasar dari satu fakta, di mana produksi makanan menyumbang seperempat emisi gas rumah kaca akibat ulah manusia. Hal ini pun akan meningkat karena produksi pangan yang juga meningkat.

Tentu, kita tidak serta merta bisa untuk seketika tidak memakan makanan dari ternak seperti sapi atau ayam.

Pasalnya, pergeseran untuk mengonsumsi produk kacang-kacangan juga berpotensi menggunduli hutan jika hal tersebut populer.

Di banyak tempat seperti Brasil, hutan hujan sudah terganti posisinya dengan kedelai dan hal ini ternyata memangkas paru-paru Bumi.

Solusi datang dari ilmuwan kepada masyarakat, untuk bisa mengonsumsi serangga. Hal ini disebut ilmuwan sebagai solusi dari kekurangan pangan global dan pengurangan emisi global yang bersumber dari peternakan hewan.

Pasalnya, jumlah serangga yang banyak dan tidak adanya emisi menjadi cara yang paling masuk akal.


Kurang Diterima

Seorang wanita memperlihatkan jangkrik yang dijadikan menu makanan di salah satu kios di Sydney, Australia, Sabtu (28/4). Meski masih baru, makanan berbahan dasar serangga ini perlahan mulai populer. (AFP FOTO / ANDREW MURRAY )

Hampir semua orang tak akan merasa senang dengan solusi ini.

Justru, banyak yang jijik hanya sekedar membayangkan dirinya menyantap belalang.

Namun, para ilmuwan kini memiliki 'pemasaran' baru yang bisa membuat umat manusia tertarik mengonsumsi serangga, yakni serangga adalah sumber protein sehat.

Jadi, kini banyak yang memasarkan serangga sebagai tren makanan sehat dan berkelanjutan bagi lingkungan.

Seorang peneliti bernama Sebastian Berger menyebut bahwa teknologi pertanian telah canggih, sehingga serangga benar-benar bisa dimakan, bukan sekedar lagi makanan ekstrem seperti yang jadi khazanah kuliner di beberapa negara Asia Tenggara seperti Thailand atau di Meksiko.


Membuatnya Menjadi Lezat

Hidangan kombinasi semut bersayap yang dapat dimakan saat disiapkan di dapur restoran Insects in the Backyard, Bangkok, 15 Agustus 2017. Restoran ini menjadi yang pertama membuka menu hidangan makanan dengan kombinasi serangga. (LILLIAN SUWANRUMPHA/AFP)

Salah satu perusahaan pangan bernama Essento Food AG, telah berhasil memasarkan serangga sebagai makanan kelas atas yang rasanya lezat.

Sang peneliti juga menyebut kalau serangga harus "disushikan", karena masyarakat barat baru menerima ikan mentah untuk dikonsumsi tidak sampai dua dekade ke belakang. Kini, sushi dianggap sebagai makanan lezat dan kelas atas.

Reporter: Indra Cahya

Sumber: Merdeka.com

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya