Liputan6.com, Hong Kong - Inggris akan mengirimkan kapal induk barunya ke Samudra Pasifik dalam misi operasional pertamanya. Hal itu disampaikan oleh Menteri Pertahanan Gavin Williamson.
Kapal militer memiliki kapasitas 65.000 ton dengan luas tiga kali lapangan bola, dikutip dari CNN pada Selasa (12/2/2019).
"Inggris adalah kekuatan global dengan kepentingan global yang sesungguhnya. Kita harus siap bersaing demi kepentingan kita dan nilai-nilai kita yang jauh, jauh dari rumah," kata Williamson.
Baca Juga
Advertisement
Kapal itu direncanakan akan membawa kontingen jet tempur F-35 serta korps marinir AS F-35 ke sebuah tempat yang disebut sebagai lokasi "China mengembangkan kemampuan militer modern dan kekuatan komersilnya."
Gabungan pasukan AS - Inggris, disebut Williamson, akan meningkatkan kemampuan militer kedua negara, disamping membuktikan bahwa keduanya bersekutu dekat.
Jika sesuai dengan rencana, sejumlah kapal militer juga akan dikirim ke Samudra Pasifik pada 2020 mendatang.
Simak pula video berikut:
AS Juga Kirim Kapal Perang ke Taiwan
Beberapa waktu lalu, Amerika Serikat (AS) juga mengirimkan dua kapal perangnya ke Selat Taiwan.
Hal ini dapat dilihat sebagai dukungan Donald Trump untuk Taiwan yang berseteru dengan China. Langkah tersebut dinilai berpotensi meningkatkan tensi hubungan antara AS dengan China, yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari kedaulatannya.
Menteri Pertahanan Taiwan menyatakan pada Kamis 24 Januari 2019 bahwa kapal AS bergerak ke arah utara. Pelayaran kapal perang tersebut dianggap sesuai dengan hukum internasional, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (25/1/2019).
Ia menjelaskan bahwa Taiwan tengah melakukan operasi untuk memastikan keamanan wilayah lautnya dan stabilitas regional.
Pada Kamis 24 Januari 2019, armada angkatan laut Taiwan juga meluncurkan drone pengawasan jarak jauhnya, bernama Rui Yuan. Menurut sejumlah pejabat, drone tersebut dapat terbang selama 12 jam dan akan membantu memantau pergerakan China.
"Drone sekarang menjadi bagian yang tak tergantikan dari strategi pengintaian kami," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Taiwan, Chen Chung-chi.
"Mereka adalah pilihan utama kita untuk kegiatan di selat," tambahnya.
Peningkatan tensi hubungan antara Taiwan dan China telah terjadi, setidaknya sejak Presiden Tsai Ing-Wen yang memperjuangkan kemerdekaan Taiwan terpilih pada 2016 silam.
Sebagai tanggapan sikap tersebut, China secara konsisten mengirimkan pesawat dan kapal perang untuk berpatroli di perairan Pulau Formosa.
China juga mengirimkan beberapa alat pengebom dan pesawat melalui Bashi Channel atau Terusan Bashi, yang memisahkan Taiwan dan Filipina. Hal itu telah terjadi pada Kamis pagi, 24 Januari 2019, demikian disampaikan oleh Kementerian Pertahanan Taiwan dalam pernyataan terpisah.
Pada awal Januari lalu, Presiden China, Xi Jinping menyatakan bahwa negaranya akan menggunakan kekuatannya untuk mempertahankan Taiwan. Sebagai respons, Presiden Taiwan, Tsai, menyatakan akan menjaga demokrasi di negara pulaunya dan mengharapkan dukungan internasional.
Taiwan seolah siap untuk melakukan perlawanan. Negara itu telah melakukan beberapa kali latihan militer sejak pidato Xi Jinping.
Meskipun AS tidak memiliki hubungan formal dengan Taiwan, namun kedua negara tersebut terikat oleh hukum bernama Asia Reassurance Initiative Act.
Dalam hukum tersebut AS berkomitmen untuk membantu Taiwan mempertahankan diri. Selain itu, AS juga menjadi pemasok utama persenjataan Taiwan.
Advertisement