Liputan6.com, Jakarta - Juru Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) capres-cawapres Prabowo-Sandiaga, Ahmad Riza Patria menegaskan, pihaknya tak pernah memerintahkan siapapun untuk mendeklarasikan dukungan di ruang sidang Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
"Jadi bukan perintah kami, bukan permintaan kami, di mana-mana juga di acara-acara kampanye Pak Jokowi juga ada yang pakai dua jari, gimana kemarin saya lihat di acara alumni SMA sampai dikeluarin begitu, itu kan spontanitas," kata Riza di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 12 Februari 2019.
Advertisement
Riza mengatakan itu adalah hak pribadi dalam mendeklarasikan sikap. Sehingga deklarasi itu menjadi tanggung jawab pria itu sendiri.
"Itu kan dukungan orang per orang, kita tak bisa mengatur seluruh warga, kebetulan sedang ada acara disitu ingin menunjukkan, mungkin dimaksudkan untuk kepentingan internal, tapi jadi viral saya kira," ungkap Riza.
Meski begitu, Politikus Partai Gerindra ini berharap semua pihak bersikap saling menghargai satu sama lain. Termasuk untuk tidak berkampanye di tempat yang melanggar Undang-Undang (UU).
"Dukungan disampaikan di tempat yang baik, tempat yang sesuai dengan ketentuan yang ada, untuk saling menghormati satu sama lain sesuai UU tidak boleh memberikan dukungan atau kampanye di tempat-tempat ibadah, pendidikan, kesehatan, atau tempat lain yang dilarang," ucapnya.
Sementara, Anggota Dewan BPN, Fadli Zon menilai deklarasi itu bentuk kreativitas biasa saja.
"Saya kira itu kreativitas yah, bagus-bagus aja," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan.
Fadli juga menilai tidak ada yang salah dari dukungan tersebut. Sebab, kata dia, setiap orang berhak untuk mengungkapkan kreativitasnya.
"Apa salahnya orang datang ke misalnya Gedung Putih terus foto mendukung Prabowo salah. Itu kreativitas saja di dalam mungkin menyatakan dukungan dan mendapat perhatian dan terbukti mendapat perhatian," ungkapnya.
Politikus Partai Gerindra ini menegaskan BPN Prabowo-Sandiaga tidak terlibat dalam kasus deklarasi di ruang sidang PBB itu.
"Enggak ada (keterlibatan), saya kira kreativitas ada yang pernah foto-foto di depan Capitol menyatakan dukungan bebas kan masyarakat kita di seluruh dunia," ucapnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kata Kubu Jokowi-Ma'ruf
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Arsul Sani enggan berkomentar soal video tersebut.
"Tidak bisa apa-apakan. Ya kita nikmati saja yang seperti itu," kata Arsul.
Arsul menjelaskan, jika merujuk pada Undang-Undang (UU) nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu perilaku tersebut tidak dibenarkan. Namun, karena hal itu terjadi di luar negeri maka sulit untuk dikenakan pasal dalam UU Pemilu.
"Meskipun kalau kita ukurannya dari undang pemilu yang ada di kita itu enggak boleh dilakukan karena itu berarti itu berkantor pemerintahan atau lembaga publik itukan tidak boleh," ungkapnya.
"Tapi karena itu terjadi di luar wilayah Indonesia di luar yuridiksi Indonesia ya itu juga tidak diapa-apakan," ucapnya.
Diketahui, video seorang pria di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) viral di media sosial. Dalam video itu dia menyatakan dukungannya kepada pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto- Sandiaga Uno.
Dalam video terlihat dia membawa kertas bergambar Prabowo dan Sandiaga. Berpakaian rapi jas dan dasi, dia terlihat berada dalam ruangan Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat.
"Dari markas besar Persatuan Bangsa Bangsa, United Nations Headquarters, saya ingin menyatakan dukungan saya kepada Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia periode 2019-2024," katanya.
Setelah video ini tersebar, Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) New York langsung memberikan penjelasan. Melalui akun twitternya @indonesiaunny, PTRI New York menegaskan pria itu bukan diplomat Kemlu.
"Yang bersangkutan bukan merupakan diplomat Indonesia/staf PTRI New York dan bukan merupakan delegasi Indonesia untuk pertemuan resmi PBB di New York," ungkap PTRI New York.
PTRI New York menyebut pria itu adalah pendamping kelompok yang mengikuti kompetisi debat.
"Yang bersangkutan adalah pendamping kelompok pemuda dari Indonesia yang sedang di New York melakukan kegiatan kompetisi debat yang diselenggarakan oleh LSM WFUNA dan bukan merupakan kegiatan yang dilakukan PBB," ungkap PTRI New York.
Reporter: Sania Mashabi
Sumber; Merdeka
Advertisement