Kisah Pantai Mandala Ria dan Pesanan Perahu Mayjen Soeharto

Nama pantai Mandala Ria diambil dari kisah pesanan 20 unit perahu menyerupai sekoci oleh Soeharto yang saat itu menjabat panglima komando.

oleh Ahmad Yusran diperbarui 14 Feb 2019, 00:01 WIB
Pantai Mandala Ria (Liputan6.com/Ahmad Yusran)

Liputan6.com, Bulukumba - Pantai Mandala Ria di Desa Ara, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan memang tak setenar Pantai Bira. Padahal bentangan pasir putih dan pusatnya pembuat kapal pinisi di Butta Panritalopi, ada di Desa Ara.

Uniknya lagi karena penamaan Pantai Mandala Ria, erat kaitannya dengan kisah sejarah Soekarno yang membentuk Komando Mandala, dan Mayjen Soeharto sebagai Panglima Komando Operasi Militer.

Tugas komando operasi militer (Opmil) Mandala saat itu merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi untuk menggabungkan Irian Barat yang kini Papua bagian barat masuk dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Budayawan Bulukumba, Muhannis Ara mengatakan, nama pantai Mandala Ria diambil dari kisah pesanan perahu menyerupai sekoci oleh Soeharto.

"Saat Soekarno membentuk Komando Mandala, Soeharto mesan 20 perahu menyerupai sekoci dalam waktu 20 hari di Desa Ara yang dikenal sebagai pusat pembuatan kapal pinisi," kata Muhannis Ara kepada Liputan6.com, Minggu 10 Februari 2019.

Berkat kegigihan warga kampung Ara bergotong royong, dalam waktu 18 hari semuanya rampung.

"Saya masih kecil melihat proses pesanan perahu Soeharto untuk pembebasan Irian Barat," kata Muhannis.

Menurut Muhannis, Kecamatan Bonto Bahari, khususnya Desa Ara sejak dulu kala warganya dikenal sebagai pembuat perahu pinisi yang mendunia. Masalahnya hanya akses jalan yang perlu mendapat perhatian serius.

"Pantai Mandala Ria ini sudah 8 tahun dirintis sebagai wisata pantai," ungkap Muhannis.

Keadaan vegetasi sekitar kawasan taman hutan rakyat (Tahura) Bonto Bahari di Desa Ara terdiri dari semak belukar, kebun jagung dan kacang-kacangan, kebun campur jambu mete, dan tanaman kayu. Sebagian besar tanaman kayu tumbuh kerdil. Karena secara geologis permukaan tanahnya terdiri dari batu karang.

Dengan luas wilayah 13,4 Km2 Desa Ara, ternyata kaya dengan satwa liar seperti Kera hitam, Rusa, dan Ayam hutan. "Bahkan masih ada kucing hutan hingga saat ini," kata dia.

Seiring pertumbuhan penduduk, kondisi sosial ekonomi dan tata kelola ruang pemukiman warga di Desa Ara yang berkembang pesat sebagai sentra pembuatan kapal perlahan mulai tergerus.

"Sementara potret arsitektur tradisional Desa Ara, rumah penduduknya berbahan baku utuh dari kayu dan berorientasi menghadap ke laut. Kondisinya kini perlahan tergerus konsep pembangunan rumah batu yang menghadap ke jalan," kata Muhannis.

Dia menambahkan, maraknya limbah plastik di pesisir pantai Mandala Ria. "Sampah plastik yang berserakan di bibir pantai itu kiriman dari Teluk Bone yang berhadapan langsung dengan Teluk Bone," ujar dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya