Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tertekan pada sesi pertama perdagangan saham Kamis (14/2/2019). Ada kekhawatiran penurunan harga tiket pesawat dapat mempengaruhi kinerja keuangan PT Garuda Indonesia Tbk.
Berdasarkan data RTI, pada sesi pertama, saham Garuda Indonesia turun 5,88 persen ke posisi 448 per saham. Pada awal perdagangan, saham GIAA dibuka menguat tipis empat poin ke posisi 480 per saham.
Saham GIAA sempat berada di level tertinggi 480 per saham dan terendah 446 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 2.810 kali dengan volume perdagangan 598.071.000. Nilai transaksi harian saham Rp 27,3 miliar.
Baca Juga
Advertisement
Pelemahan saham GIAA terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah tipis. IHSG turun 6,74 poin atau 0,11 persen ke posisi 6.412. IHSG sempat berada di level tertinggi 6.446,33 dan terendah 6.402. Sebanyak 189 saham melemah dan 171 saham menguat, serta 136 saham diam di tempat.
Selain itu, saham GIAA melemah di tengah pengumuman grup Garuda Indonesia melalui Garuda Indonesia dan Citilink Indonesia serta grup Sriwjaya Air dan NAM Air menuturkan harga tiket pesawat di seluruh rute penerbangan sebesar 20 persen. Penurunan harga tiket itu berlaku mulai Kamis 14 Februari 2019.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Ari Akshara mengatakan, penurunan tarif tiket pesawat ini merupakan tindak lanjut dari inisiasi awal Indonesia National Air Carrier Association (INACA) yang sebelumnya baru berlaku di beberapa rute penerbangan.
"Hal tersebut sejalan dengan aspirasi masyarakat dan sejumlah asosiasi industri nasional serta arahan Bapak Presiden RI mengenai penurunan tarif tiket penerbangan dalam mendukung upaya peningkatan sektor perekonomian nasional khususnya untuk menunjang pertumbuhan sektor pariwisata, UMKM, hingga industri nasional lainnya, mengingat layanan transportasi udara memegang peranan penting dalam menunjang pertumbuhan perekonomian," ujar dia di Jakarta, Kamis 14 Februari 2019.
Bakal Gerus Margin
Kepala Riset PT Samuel International, Harry Su menuturkan, langkah PT Garuda Indonesia Tbk menurunkan harga tiket pesawat berdampak terhadap pergerakan sahamnya. Ini karena harga tiket turun dapat menekan margin perseroan.
"Ya pasti margin tergerus, pendapatan menurun," ujar Harry.
PT Garuda Indonesia Tbk menekan kerugian dari USD 222,03 juta hingga akhir September 2017 menjadi USD 114,08 juta hingga akhir September 2018. Perseroan mampu menurunkan kerugian 48,62 persen.
Pendapatan usaha naik tipis 3,48 persen dari USD 3,11 miliar hingga akhir September 2017 menjadi USD 3,21 miliar hingga akhir kuartal III 2018. Kenaikan itu diperoleh dari penerbangan berjadwal mencapai USD 2,56 miliar hingga akhir September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya USD 2,52 miliar.
Sedangkan penerbangan tidak berjadwal turun tipis menjadi USD 254,75 juta hingga akhir September 2018. Pendapatan usaha lainnya naik menjadi USD 397,96 juta hingga sembilan bulan pertama 2018 dari periode sama tahun sebelumnya USD 332,97 juta.
PT Garuda Indonesia Tbk catatkan kenaikan beban operasional penerbangan 8,86 persen dari USD 1,86 miliar hingga akhir September 2017 menjadi USD 2,02 miliar hingga akhir September 2018.
Selain itu, beban pemeliharaan dan perbaikan naik menjadi USD 345,23 juta hingga akhir kuartal III 2018. Beban bandara naik menjadi USD 301,64 juta hingga akhir kuartal III 2018 dari periode sama tahun sebelumnya USD 286,17 juta. Beban usaha tiket, penjualan dan promosi turun menjadi USD 234,44 juta hingga akhir September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya USD 236,86 juta. Namun, perseroan mampu menekan beban administrasi dan umum dari USD 248,49 juta hingga akhir September 2017 menjadi USD 170,05 juta hingga akhir September 2018.
PT Garuda Indonesia Tbk mencetak kerugian selisih kurs dari USD 16,03 juta hingga akhir September 2017 menjadi USD 52,35 juta hingga akhir September 2018.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement