Liputan6.com, Aceh - Potret buram sebuah desa terisolir di Kabupaten Aceh Barat bernama Sikundo viral di media sosial beberapa hari kemarin. Awak Liputan6.com mencoba menembus medan sulit untuk menemukan sejumlah fakta mengenai desa yang namanya ditabal oleh Cut Nyak Dien itu.
Desa Sikundo sejatinya berada dalam wilayah ekosistem hutan Ulu Masen. Jarak desa yang berada di tengah belantara ini sekitar 80 kilometer dari pusat kabupaten.
Mayoritas mata pencarian warga setempat adalah bertani. Di desa ini, sangat mudah menemukan ikan kerling atau jurung yang menjadi makanan raja-raja pada masanya.
Luas desa yang dihuni 138 Kepala Keluarga ini sekitar 12.000 hektare, dimana sebelumnya, sekitar dua pertiga luas wilayahnya dikuasai perusahaan Hak Penguasaan Hutan (HPH). Awalnya dikuasai PT Woyla, hingga pada 1998 penguasaan berpindah tangan ke PT Raja Garuda Mas.
Izin PT Raja Garuda Mas harusnya berakhir 2014. Namun, akibat eskalasi konflik bersenjata yang kian meningkat di Aceh, perusahaan tersebut berhenti beroperasi pada 2001.
Akses menuju Desa Sikundo cukup sulit dilalui. Medan mulai ekstrem di titik tempuh antara Desa Jambak --yang merupakan desa terakhir kedua di Kecamatan Pante Ceureumen-- ke Desa Sikundo.
"Jalan sekitar jam 8 dan sampai di kecamatan sekitar satu jam. Lanjut lagi, dan tiba di Desa Sikundo hampir jam 11," tutur Koordinator Badan Pekerja Gerakan Anti Korupsi (GeRAK) Aceh Barat, Edy S. Putra, kepada Liputan6.com, Kamis malam (14/2/2019).
Baca Juga
Advertisement
Medan yang dilalui berupa tanah berkerikil, berlobang, terjal serta terdapat longsor di bahu jalan. Akses akan lebih sulit dilalui jika hujan turun, kebanyakan pengendara terperosok ke dalam lubang berair atau tersangkut dalam tanah liat yang mencengkeram roda kendaraan.
"Tercatat hampir 4-5 titik jalan menuju Sikundo begitu bahaya untuk dilewati atau dilalui oleh warga desa, apalagi dilalui dengan kendaraan roda dua atau empat yang begitu sulit medannya. Ada beberapa bahu jalan yang sudah longsor. Fasilitas Kesehatan atau Faskes juga tidak ada di situ," sebut Edy.
Warga setempat memang sudah lama menantikan jalan beraspal. Jika akses mudah dilalui, warga tidak akan kesulitan menuju Puskesmas yang berada di pusat kecamatan ketika tiba-tiba ada di antara mereka yang sakit.
"Jadi, pada hari ini, masyarakat Sikundo mengeluh cuma transportasi jalan," ucap Kepala Desa Sikundo, Jauhari kepada Liputan6.com.
Selain itu, Jembatan gantung penghubung Desa Jambak-Sikundo yang digadang-gadang dibangun pada 2018 lalu dengan anggaran mencapai Rp 1,9 miliar lebih, sejatinya masih dalam proses pengerjaan hingga Februari 2019. Seminggu yang lalu, pengerjaan jembatan gantung masih dilakukan, dengan sistem kebut semalam.
Terdapat satu jembatan tali baja atau sling yang menghubungkan antardusun Durian dengan Sarah Saree. Jarak jembatan ala Indiana Jones ini dengan jembatan gantung tadi sekitar 500 meter.
Dusun Sarah Saree dihuni 12 KK, dan terdapat sebuah sekolah terbengkalai di dalamnya, karena tidak ada orangtua yang berani menyekolahkan anaknya di SDN Sikundo. Warga Desa Sikundo menggunakan jembatan tali baja atau sling sejak 1975.
Keberadaan jembatan sling penghubung antardusun viral setelah seorang fotografer media asing memotret aktivitas warga yang sedang bertaruh dengan maut melewati dua utas tali baja sepanjang 140 meter yang di bawahnya terdapat sungai berarus deras.
Beberapa hari kemudian, sejumlah wartawan meliput ulang. Belakangan, berita mengenai jembatan tali baja atau sling di Desa Sikundo menjadi komsumsi nasional.
Kabar tersebut sampai ke telinga Plt Gubernur Aceh, dan melalui akun twitternya, Nova menyanggah berita jembatan kabel di Desa Sikundo tidak update. Belakangan, Nova menghapus cuitan setelah mendapat sentilan dari netizen.
Jembatan sling menuju SDN Sikundo katanya akan dibangun Pemerintah Kabupaten Aceh Barat pada 2020. Itu kata Plt Kadis Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Aceh Barat, Bukhari.
Catatan untuk Pemerintah Kabupaten Aceh Barat
Edy berharap, eksekutif-legislatif di Aceh Barat mau mengalokasikan dana untuk pembangunan di Kabupaten Aceh Barat secara serius. Ini merujuk qanun bahwa dana yang dialokasikan ditujukan untuk membiayai program dan kegiatan pembangunan, terutama pembangun dan pemeliharaan infrastruktur.
"Rancangan Qanun APBK Aceh Barat 2019 masih terdapat kegiatan yang belum sepenuhnya mencerminkan anggaran berbasis kinerja. Tidak jelas sasaran dan cenderung terjadi pemborosan. Seperti, penyediaan belanja perjalanan dinas keluar daerah untuk kegiatan yang tidak relevan," tukas Edy.
Hingga 12 Februari lalu, warga Sikundo tidak pernah bermimpi jika suatu saat desa mereka dialiri arus listrik. Juli nanti, baru dapat dibayangkan, indahnya melihat sekumpulan titik cahaya yang menghiasi desa itu dari atas perbukitan, lalu, dari kejauhan, samar-samar terdengar tawa dari dalam rumah sebuah keluarga yang sedang menonton televisi.
Manajer PT PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Area Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Ediwan menyebut, suplai arus listrik akan sampai ke Desa Sikundo semester satu atau bulan Juni 2019. Hingga saat itu, warga mesti bersabar dengan penerangan ala kadarnya, yakni lampu teplok.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Advertisement