Twitter Pertimbangkan Fitur Klarifikasi

Twitter tengah mempertimbangkan fitur "klarifikasi" yang berfungsi seperti fitur "edit".

oleh M Hidayat diperbarui 15 Feb 2019, 12:30 WIB
Ilustrasi Twitter (Foto: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - CEO Twitter Jack Dorsey mengatakan perusahaan tengah mempertimbangkan fitur "klarifikasi". Ini merupakan respons atas permintaan fitur edit yang telah menjadi topik perbincangan sejak beberapa tahun terakhir.

Fitur ini, sebagaimana dikutip dari Mashable, Jumat (15/2/2019), memungkinkan pengguna untuk menambahkan konteks tambahan atas tweets lama.

Hal tersebut diungkapkan oleh Jack Dorsey saat menjadi pembicara di Goldman Sachs' Internet and Technology Conference di San Fransisco, Amerika Serikat.

"Salah satu konsep yang tengah kami pikirkan adalah klarifikasi. Itu (akan) seperti fitur retweet with comment, tetapi untuk menambahkan konteks dan warna atas apa yang mereka tulis di tweet atau yang mereka maksud," kata pria berusia 42 tahun tersebut.

Faktanya, penggunaan retweet with comment memang cukup sering digunakan pengguna untuk mengantisipasi salah tulis dan sebagainya.

Namun menurut Dorsey, kedua tweets tersebut (tweet asli dan retweet with comment) belum tentu memiliki eksposur yang sama dan opsi konteks tambahan memungkinkan kedua tweets itu terekspos secara sama.

Namun Dorsey menegaskan, fitur di Twitter ini masih sebatas dalam tahap pertimbangan perusahaan dan peluncuran fitur ini dinilai belum begitu mendesak.

Terlepas dari itu, Dorsey menilai fitur ini dapat sangat bermanfaat bagi pengguna supaya bisa lebih nyaman di Twitter.


Belum Maksimal Lindungi Korban Bullying

Ilustrasi Foto Bullying (iStockphoto)

Diwartakan sebelumnya, Dorsey mengatakan Twitter dan perusahaan-perusahaan teknologi di Silicon Valley belum berupaya secara maksimal dalam melindungi korban perundungan daring. Ia menyebut hal ini sebagai "kegagalan besar".

Dilansir dari Reuters, dalam sebuah wawancara melalui Twitter dengan Recode pada Selasa (12/2), Kara Swisher, Dorsey mengatakan akan memberikan dirinya nilai "C" terkait "tanggung jawab teknologi" yang disebutkan Swisher.

"Kami membuat kemajuan, tapi berantakan dan tidak cukup terasa. Mengubah pengalamannya belum cukup berarti. Dan kami telah menempatkan sebagian besar beban pada korban perundungan. Itu adalah kegagalan besar," ungkap Dorsey.

Twitter bersama dengan Facebook menghadapi kritik terkait unggahan yang kasar, pengguna palsu, dan berita tidak akurat di layanannya. Media sosial mikroblog itu telah banyak berinvestasi untuk meningkatkan hal yang digambarkan Dorsey sebagai "kesehatan kolektif" Twitter.

Dorsey mengatakan, ia tidak suka dengan cara Twitter yang cenderung mendorong kemarahan, pemikiran jangka pendek, ruang gema, dan percakapan yang terpotong-potong. Kurangnya keberagaman di dalam perusahaan juga tidak membantu mengatasi masalah seperti itu.

(Why/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya