Liputan6.com, Hobart - Hutan hujan purba dan spesies flora alpine yang langka, dua-duanya berlokasi di Pulau Tasmania, menghadapi masa depan suram, menyusul meluasnya kebakaran semak liar di negara bagian paling selatan di Australia itu.
Meski cuaca yang lebih basah --dan berpotensi turun salju-- mendorong pihak berwenang menurunkan kondisi darurat, namun para ilmuwan tetap memperingatkan tentang risiko kerusakan lingkungan alam yang unik di pulau itu.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari The Straits Times pada Jumat (15/2/2019), kebakaran itu telah menghanguskan lebih dari 205.000 hektar lahan di wilayah barat daya, barat, dan pusat Pulau Tasmania, yang menurut ilmuwan, dipicu oleh perubahan iklim.
Sebagian besar hutan eukaliptus asli telah beradaptasi dengan kebakaran yang sering terjadi, tetapi Tasmania adalah kawasan lindung bagi spesies purba, yang keberadaannya sudah ada sejak jutaan tahun lalu ketika Australia menjadi bagian dari benua super Gondwana.
Terletak di Tasmanian Wilderness World Heritage Area, spesies ini lebih terbiasa dengan zaman es daripada kebakaran hutan, di mana komposisinya termasuk pinus pensil yang tumbuh lambat, pinus raja billy, dan tanaman bantal.
"Mereka membutuhkan lingkungan dingin, sangat basah dan tahan api," kata David Bowman, Profesor Biologi Perubahan Lingkungan di University of Tasmania, kepada AFP, setelah melakukan perjalanan untuk memeriksa hutan belantara yang terbakar.
"Ini seperti taman bonsai yang mengamuk," katanya menggambarkan spesies terkait.
"Beberapa batang pinus pensil ini berusia 1.000 tahun, tetapi mereka hasil kloning, jadi mereka sudah ada di sana selama 10.000 tahun," lanjut Bowman.
Simak video pilihan berikut:
Perubahan Iklim Dituding Sebagai Pemicu
Sementara para ilmuwan tetap berharap hutan hujan bersifat cukup basah untuk menghalau kerusakan akibat kebakaran terburuk, model-model iklim menunjukkan kecenderungan pengeringan yang lebih besar di Tasmania barat.
Selain itu, terjadi pula peningkatan badai petir kering yang bertanggung jawab atas kebakaran baru-baru ini.
Nick Earl, rekan peneliti di University of Tasmania, memperingatkan dalam sebuah makalah baru-baru ini bahwa perubahan iklim dapat secara permanen mengubah kelayakan ekosistem tersebut.
"Beberapa daerah di pantai barat Tasmania dulunya memiliki risiko yang sangat kecil, atau sangat kecil terhadap kemungkinan kebakaran hutan, karena selalu dalam kondisi lembab," catat mereka.
"Spesies endemik seperti Pinus Pensil, Huon Pine dan Deciduous Beech dapat dihancurkan oleh satu api, ini sangat mengkhawatirkan," lanjutnya.
Risiko ini telah mendorong seruan agar lebih banyak sumber daya tersedia bagi pemadam kebakaran di daerah terpencil, dalam upaya menjaga ekosistem yang tak tergantikan.
"Pinus pensil benar-benar setara dengan harimau Tasmania atau Setan Tasmania (Tasmanian Devil)," kata Bowman. "Ini adalah urusan serius bagi kita secara budaya."
Advertisement