Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan kabar akan adanya gempa bumi megathrust di Mentawai akhir Februari nanti adalah tidak benar alias hoaks. Isu ini muncul setelah adanya pemberitaan yang beredar di sejumlah media massa.
Menurut Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, ramalan gempa yang dimuat dalam berita itu belum dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Karena konsep pemicu gempa akibat benda luar angkasa hingga saat ini masih bersifat spekulatif dan belum terbukti secara empirik.
Advertisement
"Masyarakat harus semakin dewasa, belajar dari kasus-kasus ramalan gempa beberapa waktu lalu, semua tidak ada yang terbukti, jadi jangan mudah percaya ramalan gempa," ujar Daryono kepada Liputan6.com, Jakarta, Jumat (15/2/2019).
BMKG juga tidak pernah mengeluarkan informasi prediksi gempabumi. Sehingga jika berkembang berita adanya prediksi atau ramalan gempa dengan kekuatan sekian dan akan terjadi di waktu dan tempat maka itu dipastikan itu berita bohong.
"Masyarakat tidak layak mempercayainya. Sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempabumi dengan tepat dan akurat kapan, dimana dan berapa kekuatannya akan terjadi," kata dia.
Daryono mengungkapkan sumber gempa di Indonesia memang sangat banyak, segmentasi megathrust di Indonesia lebih dari 16 lokasi, keberadaan sesar aktif lebih dari 295 lokasi.
"Artinya gempa bumi kapan saja dapat terjadi, berkekuatan besar, menengah, atau kecil. Tetapi kita baru dapat menilai potensinya di kawasan tertentu dan belum mampu memprediksi," ujar dia.
Terkait BMKG merencanakan pemasangan sensor sistem deteksi dini gempa (earthquake early warning system), itu merupakan program BMKG yang sudah direncanakan sejak lama. Sumatera Barat dijadikan sebagai pilot project dari rencana tersebut.
"Sehingga tidak ada kaitannya dengan isu akan terjadinya gempa bumi megathrust yang akan terjadi dalam waktu dekat," ujar dia.
Tetap Wadpada
Masyarakat diimbau tetap waspada terhadap ancaman gempa di zona rawan. Utamanya mereka yang tinggal di dekat sumber gempa aktif yang menurut hasil kajian para ahli harus diwaspadai.
"Terkait bahaya gempa, bangunan rumah harus didisain kuat untuk menahan guncangan gempa. Terkait ancaman tsunami, meskipun BMKG sudah memiliki system monitoring gempa yang baik, sehingga dapat mengeluarkan informasi gempabumi dan peringatan dini dengan cepat, tetapi alangkah baiknya jika masyarakat memahami konsep evakuasi mandiri," terang Daryono.
Begitu merasakan adanya goncangan gempa yang kuat di daerah pantai, lanjut dia, sebaiknya langsung menyelamatkan diri ke tempat-tempat yang lebih aman. "Sebaik-baiknya peringatan dini terletak pada kesadaran diri individu masyarakat sendiri," ucap dia.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement