Liputan6.com, Jakarta - Calon presiden (Capres) Joko Widodo dan Prabowo Subianto akan kembali bertemu dalam debat capres jilid dua pada Minggu 17 Februari 2019. Pada debat kali ini membahas pangan, energi, infrastruktur, sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup.
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Berly Martawardaya mengharapkan para capres bisa menaikkan produksi minyak dan gas bumi (migas) Indonesia. Hal ini untuk mengurangi defisi neraca berjalan.
Dia menilai, penyebab utama defisit neraca berjalan yang terjadi adalah sektor migas. Hal ini akibat produksi migas yang tidak mampu memenuhi kebutuhan sehingga untuk memenuhinya harus impor.
"Defisit neraca berjalan, antara migas dan non migas, migas selalu defisit, data dari BI sejak 2013 kita sudah negatif karena produksi menurun konsumsi meningkat," kata Berly, di Jakarta, pada Kamis 14 Februari 2019.
Baca Juga
Advertisement
Bila melihat data neraca transaksi berjalan berdasarkan data Bank Indonesia (BI) selama periode 2014-2018, Indonesia masih alami defisi neraca transaksi berjalan. Akan tetapi, defisit tersebut masih berada di batas aman maksimal tiga persen.
Berdasarkan data BI, Indonesia alami defisit neraca transaksi berjalan sebesar 2,95 persen pada 2014. Kemudian defisit tersebut dapat ditekan menjadi 2,06 persen pada 2015. Selanjutnya defisit terus tertekan menjadi 1,8 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2016.
Lalu defisit transaksi berjalan turun menjadi 1,7 persen dari PDB. Sayangnya defisit transaksi berjalan melonjak tajam menjadi 2,98 persen terhadap PDB.
Oleh karena itu, menurut Berly, laju penurunan produksi minyak yang terus terjadi harus diatasi pemerintahan berikutnya, agar impor minyak bisa dikurangi karena terututupi dari produksi sumur di dalam negeri. "Kita coba ternyata tren menurun. Sejak 2014 turun 30 persen lifting minyak," tuturnya.
Berly mengungkapkan, defisit migas harus dikurangi dengan meningkatkan produksi minyak, sebab jika defisit migas terus terjadi dan membesar maka akan membuat perekonomian rentan terpengaruh kondisi perekonomian dunia.
"Selama defisit migas tidak dikurangi ekonomi kita sangat rentan terpengaruh, seperti kemarin the fed menaikan suku bunganya ekonomi kita terpengaruh," ujar dia.
Lifting Migas 2014-2018
Pemerintah berupaya untuk mencapai target lifting minyak dan gas bumi (migas). Mengutip data Kementerian ESDM, capaian rata-rata lifting migas 2018 sebesar 1.917 mboepd atau 96 persen dari target APBN 2018 sebesar 2.000 barrel oil equivalent per day (mboped).
Dari periode 2014-2018, lifting masing-masing minyak bumi dan gas bumi kadang naik dan turun. Pada 2014, lifting minyak bumi mencapai 794 mbopd pada 2014. Kemudian meningkat menjadi 779 mbopd pada 2015. Selanjutnya pada 2016 meningkat menjadi 829 mbopd pada 2016. Sayangnya lifting turun menjadi 815 mbopd pada 2017. Lalu kembali susut menjadi 800 mbopd pada 2018.
Sementara itu, lifting gas bumi sebesar 1.216 mboepd pada 2014. Selanjutnya turun menjadi 1.190 mboepd pada 2015. Penurunan kembali terjadi pada 2016 menjadi 1.188 mboepd. Pada 2017, lifing gas bumi menjadi 1.150 mboepd. Lifting gas bumi pun kembali turun menjadi 1.139 mboepd pada 2018.
Kementerian ESDM menyatakan ada sejumlah upaya untuk mencapai target lifting migas antara lain mendorong percepatan eksplorasi dan penyelesaian pengembangan wilayah kerja migas, penerapan teknologi terkini dan tepat guna.
Selain itu, mengupayakan metode baru untuk penemuan sumber daya dan cadangan migas, monitoring proyek pengembangan lapangan onstream tepat waktu dan memelihara untuk meningkatkan kehandalan fasilitas produksi, dan mengembangkan wilayah kerja migas.
Advertisement
Kondisi Ekspor dan Impor Migas 2014-2018
Lalu bagaimana kondisi ekspor dan impor di sektor migas selama periode 2014-2018? Berikut rangkuman kondisi ekspor dan impor di sektor migas, seperti dikutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS):
Ekspor migas pada 2014 (dalam juta) : USD 30.331,9
Ekspor migas ini terdiri dari:
Minyak mentah USD 9.558,2
Hasil minyak USD 3.633,4
Gas USD 17.180,3
Impor migas pada 2014 (dalam juta) : USD 43.459,9
Impor migas ini terdiri dari (dalam juta):
Minyak mentah USD 13.072,4
Hasil minyak USD 27.362,5
Gas USD 3.025
Ekspor migas pada 2015 : USD 18.551,9
Ekspor minyak itu terdiri dari:
Minyak mentah USD 6.457,0
Hasil minyak USD 1.754,1
Gas USD 10.340,8
Impor migas pada 2015 : USD 24.613,2
Impor migas ini terdiri dari:
Minyak mentah USD 8.063,3
Hasil minyak USD 14.537
Gas USD 2.012,9
Ekspor migas pada 2016 (dalam juta) : USD 13.087
Ekspor migas ini terdiri dari (dalam juta):
Industri pengolahan hasil minyak USD 835,5
Pengadaan gas sebesar USD 44,4
Pertambangan USD 12.189
Minyak mentah USD 443,9
Gas USD 687,2
Impor migas pada 2016 : USD 18.724,8
Impor migas ini terdiri dari:
Minyak mentah USD 6.730,6
Hasil minyak USD 10.325,3
Gas USD 1.668,9
Ekspor migas pada 2017 : USD 15.278,3
Industri pengolahan minyak USD 1.639,6
Pengadaan gas USD 76
Pertambangan USD 14.022,7
Minyak mentah USD 5.237,6
Gas USD 8.785,1
Impor migas pada 2017 : USD 24.307,6
Impor migas itu terdiri dari:
Minyak mentah USD 7.059,7
Hasil minyak USD 14.523,9
Gas USD 2.724
Ekspor migas pada 2018 : USD 17.404,9
Ekspor migas itu terdiri dari:
Industri pengolahan hasil minyak USD 1.635,5
Pengadaan gas USD 56,9
Pertambangan USD 15.712,5
Minyak mentah USD 5.120,5
Gas USD 10.592
Impor migas pada 2018: : USD 29.808,7
Impor migas itu terdiri dari:
Minyak mentah USD 9.161,3
Hasil minyak USD 17.583,1
Gas USD 3.064,3
Saksikan video pilihan di bawah ini: