Pemerintah Andalkan Garmen dan Tekstil untuk Dorong Ekspor

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah tengah mengkaji sejumlah komoditas untuk mendorong ekspor Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Feb 2019, 16:33 WIB
Pekerja memotong pola di pabrik Garmen,Tangerang, Banten, Selasa (13/10/2015). Industri tekstil di dalam negeri terus menggeliat. Hal ini ditandai aliran investasi yang mencapai Rp 4 triliun (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah tengah mengkaji sejumlah komoditas untuk mendorong ekspor Indonesia. Setidaknya ada dua industri yang akan diperkuat ke depan yaitu garmen dan tekstil.

"Artinya kita perlu lihat ke komoditas yang bukan sepenuhnya dibilang komoditas. Kalau komoditas itu kan kesannya lebih ke hasil pertambangan dan perkebunan, tapi nanti lebih cenderung ke industri. Industrinya apa? Kami sedang rumuskan. Bisa apa lagi? Misalnya garmen, tekstil," ujar Menko Darmin di Kantornya, Jakarta, Jumat (15/2/2019).

Darmin mengatakan, pemerintah sebenarnya telah menyisir satu persatu sektor industri yang dapat diandalkan untuk ekspor. Salah satunya ekspor kendaraan bermotor dalam keadaan utuh atau completely built up (CBU). Untuk sektor ini, pemerintah menyederhanakan aturan ekspor agar pengusaha lebih diuntungkan.

"Kami lebih pilih komoditas mana yang mau dipilih, seperti kita di Priok mau lakukan ekspor otomotif dan perhatikan saja. Kami tidak memilih kelapa sawit, karena kelapa sawit itu, ekspor yang besar ke China dan India. Oleh karena itu kami sedang rumuskan komoditas apa lagi, kita lebih ke komoditas industri," jelasnya.

Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut menambahkan, selain garmen, tekstil dan otomotif pemerintah juga akan mendorong ekspor hasil-hasil perikanan. "Ada juga sebenarnya hasil sumber daya alam yang kami ingin dorong, misalnya perikanan," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ekspor RI Turun 3,24 Persen di Januari 2019

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (25/5). Kenaikan impor dari 14,46 miliar dolar AS pada Maret 2018 menjadi 16,09 miliar dolar AS (month-to-month). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, secara total ekspor Indonesia pada Januari 2019 mengalami penurunan 3,24 persen dibandingkan Desember 2018 dan Januari 2018 sebesar 4,7 persen (yoy). ‎Pada Januari 2019, ekspor Indonesia sebesar USD 13,8 miliar, sedangkan di Desember 2018 sebesar USD 14,3 miliar.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, penurunan ekspor Januari 2019 tersebut disebabkan oleh menurunnya ekspor migas sebesar 29,3 persen, yaitu dari USD 1,74 miliar menjadi USD 1,23 miliar.

"Penurunan ekspor migas disebabkan oleh menurunnya ekspor hasil minyak 29,76 persen, menjadi USD 75,1 juta dan ekspor minyak mentah 77,25 persen menjadi USD 72,1 juta. Demikian juga ekspor gas turun 17,77 persen menjadi USD 1,08 miliar," ujar dia di Jakarta, Jumat (15/2/2019).

 

 

 

Sementara ekspor nonmigas, lanjut dia, mengalami naik 0,38 persen, dari USD 12,5 miliar menjadi USD 12,6 miliar. Peningkatan ekspor nonmigas tersebut khususnya terjadi pada kelompok bijih, kerak dan abu logam sebesar USD 80,3 juta atau 37,8 persen. Sedangkan penurunan ekspor terbesar terjadi pada mesin-mesin dan pesawat mekanik sebesar USD 127,1 juta atau 22,42 persen.

Komoditas nonmigas lain yang mencatatkan peningkatan nilai ekspor yaitu bahan kimia organik sebesar USD 74,8 atau 32,12 persen, besi dan baja sebesar USD 51,3 juta atau 10,84 persen, kendaraan dan bagiannya USD 46,8 juta atau 7,7 persen, serta alas kaki USD 42,1 juta atau 9,85 persen.

Sementara komoditas yang mengalami penurunan selain mesin dan pesawat mekanik yaitu peralatan listrik USD 94,7 juta (12,81 persen, berbagai produk kimia USD 36,8 juta (11,06 persen), bahan bakar mineral USD 34,4 juta (1,76 persen) dan nikel USD 26,7 juta (41,04 persen).

"Jadi yang mengalami kenaikan yaitu ‎Biji kerak ekspor ke China dan Filipina; kimia organik ke China, Jepang dan India; besi baja ke China, Korea Selatan dan Taiwan. Yang turun itu mesin dan pesawat mekanik ke Jepang, Singapura dan Thailand serta mesi dan peralatan listrik ke Jepang, Singapura dan Amerika Serikat," tandas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya