Usai Bertemu CEO Bukalapak, Jokowi Sebut Dana Riset RI Rp 26 Triliun

Menurut Jokowi, anggaran R&D tersebut terbilang besar. Namun, tidak tertutup kemungkinan anggaran itu terus ditingkatkan.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Feb 2019, 17:01 WIB
Capres No urut 01 Joko Widodo memberi sambutan pada deklarasi 1000 Purnawirawan TNI-Polri dukung Jokowi-Ma'ruf Amin di Kemayoran, Jakarta, Minggu (10/2). Purnawirawan TNI-Polri memberikan kepercayaan Jokowi-Ma'ruf Amin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjawab polemik anggaran Riset dan Pengembangan atau research & development (R&D) Indonesia. Jokowi menyebut, anggaran R&D saat ini sebesar Rp 26 triliun.

"Supaya kita semuanya tahu bahwa dana pengembangan dan riset kita ini sudah Rp 26 triliun," ungkap Jokowi usai bertemu CEO Bukalapak.com, Achmad Zaky di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (16/2/2019). 

Menurut Jokowi, anggaran R&D tersebut terbilang besar. Namun, tidak tertutup kemungkinan anggaran itu terus ditingkatkan.

"Ke depan kita ingin mengembangkan," ujar Jokowi. 

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menjelaskan, anggaran R&D sudah menyasar kementerian lembaga. Dengan harapan, penggunaannya tepat sasaran dan memberikan dampak positif bagi pembangunan bangsa.

"Agar arahnya itu jelas. Tembakannya tepat, sehingga inovasi negara ini bisa muncul, muncul, muncul, muncul," kata Jokowi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Ciutan Achmad Zaky

CEO Bukalapak, Achmad Zaky didampingi Staf Khusus Presiden Teten Masduki memberikan keterangan seusai menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Sabtu (16/2). Pertemuan berlangsung tertutup dari awak media. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, besaran R&D mulai disebut-sebut setelah CEO Bukalapak.com, Achmad Zaky membuat pernyataan di akun Twitternya. Zaky mengatakan anggaran R&D Indonesia masih jauh dibanding negara lain. Dalam catatan Zaky, Indonesia jauh tertinggal dari Singapura dan Malaysia.

"Omong kosong Industri 4.0 kalau budget R&D negara kita kaya gini (2016, in USD) 1. US 511B 2. China 451B 3. Jepang 165B 4. Jerman 118B 5. Korea 91B 11. Taiwan 33B 14. Australia 23B 24. Malaysia 10B 25. Spore 10B 43. Indonesia 2B. Mudah2an presiden baru bisa naikin," tulis Zaky.

 

Repoter: Titin Supriatin

Sumber: Merdeka

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya