PGN Dapat Banyak Tawaran Kerja Sama dari Perusahaan Gas Asing

Pasca pembentukan Sub-Holding Gas, PGN akan lebih berfokus pada pengembangan bisnis gas di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Feb 2019, 17:29 WIB
Pekerja merawat jaringan pipa gas milik Perusahaan Gas Negara (PGN) di Jakarta, Rabu (21/9/2016). (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Usai mengakuisisi PT Pertamina Gas atau Pertagas, PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN (PGAS) menyatakan kesiapannya sebagai sub-holding migas dalam skema holding migas yang telah didorong oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Pembentukan Sub-Holding Gas memang diproyeksikan membawa banyak manfaat bagi negara maupun perusahaan.

Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Dilo Seno Widagdo mengatakan, pasca pembentukan sub-holding gas, PGN menerima sejumlah tawaran kerja sama. Termasuk dari perusahaan gas luar negeri.

"Kami sekarang sudah banyak yang mau kerja sama dengan kita ada Osaka Gas, ada Tokyo Gas, ada Beijing Gas untuk bersama-sama dengan kita," kata dia, saat ditemui, di sela-sela acara 'Employee Gathering', di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (16/2/2019).

Ia menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut berminat untuk bekerja sama dalam proyek pembangunan infrastruktur gas di Indonesia.

"Mereka mau, semenjak tahu kita sudah gabung dan kita punya program-program kayak gini," urai dia.

Meskipun demikian, kata dia, saat ini, PGN masih fokus untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan dalam negeri. "Tapi kita lebih mengutamakan semuanya, perusahaan-perusahaan lokal kita untuk bersama-sama (bekerja sama), maka gasnya buat kita-kita juga," imbuhnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Strategi PGN Perkuat Bisnis Gas di Indonesia

Petugas PT Perusahaan Gas Negara (PGN) memeriksa jaringan gas bumi di kawasan Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Jumat (14/12). Selama 2018, sebanyak 5.120 jargas baru tersebar di Kabupaten Bogor. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Di tempat yang sama, Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengatakan, pasca pembentukan Sub-Holding Gas, pihak akan lebih berfokus pada pengembangan bisnis gas di Indonesia. Salah satu pembangunan infrastruktur gas yang dibutuhkan untuk menyalurkan gas ke konsumen.

"Kami akan lebih fokus juga ke beberapa sektor bisnis yang sekarang sudah dijalankan baik oleh PGN maupun oleh Pertagas, khususnya di bidang transmisi, distribusi, retail, dan juga hilirisasi gas, serta penyimpanan dan infrastruktur energi," kata dia.

"Sehingga ke depan tidak ada lagi duplikasi, overlaping. Integrasi baik secara RKAP," lanjut dia.

Pembagian tugas antara PGN dan Pertagas pun sedang dilakukan. Masing-masing akan fokus bekerja di pada bidang yang menjadi keahliannya.

"Kami sudah punya berdasarkan expertise masing-masing, kemampuan ataupun kompetensinya. Kalau misalkan Pertagas punya kompetensi selama ini kan pembangunan jaringan-jaringan transmisi," terang Gigih.

"Walaupun tidak menutup juga, Pertagas bisa melakukan bisnis distribusi. Namun fokus utamanya di transimisi. Sedangkan PGN selama ini lebih fokus bagaimana mengembangkan distribusi dan pasar. Nah ini, pembagian-pembagian tentunya kita kembalikan ke kompetensi masing-masing. Namun tidak menutup, ke depan secara regional bisa dilakukan," imbuhnya.

Selain itu, pihaknya juga akan terus memperkuat branding baru PGN sebagai sub Holding Gas. Brand baru PGN tersebut dinamai 'The Gas'. Hal ini sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat, terutama pelanggan gas.

"Sehingga persepsi orang ke depan apalagi pelanggan gas tidak lagi bingung, ini Pertagas atau PGN tapi sudah jadi satu dengan 'The Gas', kita ciptakan," ujarnya.

 


Lebih Efektif

Petugas Perusahan Gas Negara (PGN) mengecek instalasi gas pada mesin keramik di PT Ubin Keramik Kemenangan Jaya Klapanunggal, Bogor, Jawa Barat, Senin (10/12). Pabrik tersebut menggunakan bahan baku dari PGN. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sementara Direktur Komersial dan Pengembahan Bisnis Pertagas, Indra Setyawati mengatakan bahwa pasca pembentukan sub holding maka pengerjaan proyek akan menjadi lebih efektif.

"Kita melihat masalah karena fokus untuk mengejar pertumbuhan ke konsumen sehingga antara Pertagas dan PGN seringkali membangun infrastruktur yang berhimpitan," jelas dia.

"Sekarang kita akan menyatukan hal itu. Untuk mengintegrasikan itu. Sehingga masing-masing akan infrastruktur akan efektif lagi kemudian mengintegrasikan yang saat ini belum tersambung," tandasnya.

Seperti diketahui, Holding BUMN Migas yang dipimpin oleh PT Pertamina (Persero) telah terbentuk secara resmi pada April 2018. Adapun sebagai Ianjutan dari kebijakan pemerintah tersebut yang masih dalam rangkaian Holding BUMN Migas, pada 28 Desember 2018 telah resmi Proses integrasi pertagas ke PGN yang menjadikan PGN sebagai Sub Holding Gas.

Reporter: Wilfridus Setu Embu 

Sumber: Merdeka.com

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya