Liputan6.com, St. Petersburg, - Sebuah gedung di St. Petersburg, Rusia, runtuh pada Sabtu 16 Februari 2019 sore waktu setempat. Demikian menurut seorang juru bicara Kementerian Darurat Rusia kepada CNN.
Juru bicara itu mengatakan sebelumnya 86 orang telah dievakuasi dan ada 24 tim unit penyelamat dikerahkan di daerah tersebut.
Kementerian Darurat Rusia mengatakan pada Sabtu malam bahwa operasi penyelamatan dengan anjing sudah selesai pasca-bangunan ambruk.
Baca Juga
Advertisement
"Tidak ada yang ditemukan di bawah reruntuhan dan kami tidak menerima laporan kerabat yang hilang," kata seorang juru bicara seraya mengatakan bahwa blok itu milik Universitas Riset Teknologi, Mekanika, dan Optik St. Petersburg.
Pihak kementerian terkait awalnya mengatakan ambruknya bangunan itu terjadi di University of Low Temperatures and Food Technology.
"Tiga lantai gedung runtuh," kata Kementerian Darurat Rusia seperti dikutip dari CNN, Minggu (17/2/2019).
Kantor pers untuk universitas mengatakan kepada CNN bahwa tidak ada pemberitahuan ada korban jiwa akibat musibah tersebut, dan mereka tidak nisa membuat asumsi tentang penyebab bangunan ambruk.
Sebuah penyelidikan telah dibuka untuk memeriksa pelanggaran keselamatan selama pembangunan gedung, demikian menurut kantor berita pemerintah RIA Novosti mengutip Kementerian Darurat Rusia.
Simak video pilihan berikut:
Apartemen Ambruk
Sebelumnya sebuah gedung apartemen ambruk di Magnitogorsk, Rusia pada awal tahun lalu.
Dikutip dari VOA Indonesia, Kamis 3 Januari 2019, bayi berusia 11 bulan dilaporkan mengalami luka-luka akibat insiden tersebut.
Untuk menyelamatkan bayi ini, otoritas setempat langsung membawa bayi itu ke Moskow, Rusia, dengan menggunakan pesawat agar ia mendapatkan perawatan intensif.
Burung besi yang dikirim oleh Kementerian Kesehatan Rusia tersebut meninggalkan kota Magnitogorsk pada Selasa malam, 1 Januari 2019 waktu setempat, sekitar 6 jam setelah bayi itu ditemukan di bawah puing-puing reruntuhan apartemen.
Bayi berusia 11 bulan itu dilaporkan menderita patah tulang, cedera kepala dan hipotermia, diduga karena ia berada selama lebih dari 36 jam pada suhu di bawah nol derajat Celcius.
Sementara itu, 9 jasad berhasil ditemukan di bawah puing-puing reruntuhan apartemen itu.
Advertisement