Liputan6.com, Cilacap - Cilacap dikenal sebagai daerah dengan risiko tertinggi bencana alam di Provinsi Jawa Tengah. Banjir, longsor hingga ancaman gempa, dan tsunami berpotensi terjadi di kabupaten ini.
Pasalnya, secara geografis, Cilacap terbagi menjadi dua wilayah yang kontras. Sisi selatan adalah dataran rendah pesisir, adapun di sisi utara membentang pegunungan tengah Jawa dengan kontur curamnya perbukitan. Longsor, gerakan tanah atau retakan tanah silih berganti terjadi di wilayah ini.
Nyaris seluruh kecamatan di sisi utara Cilacap merupakan zona merah bencana tanah longsor.
Baca Juga
Advertisement
Jumat, 15 Februari 2019, BMKG merilis peringatan dini cuaca ekstrem yang diperkirakan melanda Kabupaten Banyumas, Cilacap hingga Brebes. Perkiraan itu nyata. Sekitar pukul 15.00 WIB, hujan ekstrem dilaporkan terjadi di beberapa wilayah.
Itu termasuk Desa Ujungbarang Kecamatan Majenang, Cilacap. Di desa pegunungan ini, air hujan bak tumpah dari langit.
Menjelang pukul 17.00 WIB, sejumlah warga di Dusun Ujungbarang I Desa Ujungbarang mendengar gemeretak gerakan tanah. Beberapa lainnya, merasa rumahnya turut bergoncang.
Warga pun panik. Mereka mendapati tanah mendadak retak memanjang puluhan meter. Retakan tanah itu merusak dua rumah warga di RT 02/1 Ujungbarang, serta mengancam 13 rumah lainnya.
Lantai rumah retak. Pondasi sedikit terangkat. Dinding juga retak dan menyebabkan dua keluarga yang terdiri dari lima jiwa mengungsi.
"Yang satu titik yang dipermukiman yang sudah mengungsi, dua KK, lima jiwa. Yang terkena garis retakan tanah itu, di mahkotanya. Panjangnya sekitar 50-60 meter," kata petugas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penanggulanga Bencana Daerah (BPBD) Majenang, Muhadi, Minggu (17/2/2019)
Kajian Badan Geologi
Rupanya, munculnya retakan tanah di RT 02/1 bukan satu-satunya. Retakan lainnya juga muncul di RT 3/1, sepanjang 30 meter.
"Retakan pertama meliputi area seluas satu hektare. Adpun retakan kedua seluas 0,5 hektare," Muhadi menambahkan.
Selain merusak rumah, terjadi pula amblesan di pekarangan penduduk yang berimpitan dengan perumahan warga. Tanah itu ambles dengan kedalaman sekitar satu meter.
Yang berbahaya, retakan ini muncul di tengah permukiman penduduk. Kawasan padat ini pun berada di perbukitan curam dengan kemiringan antara 40-50 derajat.
Dikhawatirkan, gerakan tanah akan berlanjut dan membahayakan jiwa penduduk. Karenanya, selain dua keluarga yang rumahnya rusak, 15 keluarga lain yang berada di zona bahaya pun mengungsi saat turun hujan lebat.
Muhadi mengemukakan, BPBD Cilacap bakal melayangkan permohonan kepada Badan Geologi untuk mengkaji dua retakan tanah yang muncul di tengah permukiman ini. Kajian oleh badan geologi dilakukan untuk menyimpulkan apakah perumahan perlu direlokasi atau tidak.
Dia berharap Badan Geologi segera turun ke Cilacap. Pasalnya, selain retakan Ujungbarang, BPBD Cilacap juga telah melayangkan permohonan penelitian tanah untuk longsor di Sadabumi Kecamatan Majenang, yang merusak gedung sekolah, gedung PAUD, musala dan mengancam 16 keluarga, pekan lalu.
"BPBD induk akan mengajukan permohanan ke Badan Geologi untuk diadakan penelitian tanah. Mungkin nanti pelaksanaannya bareng dengan (longsoran) yang di Sadabumi itu," jelasnya.
Untuk mengantisipasi gerakan tanah susulan, warga bersama petugas BPBD dan relawan telah menutup retakan tanah dengan tanah. Ini dilakukan untuk mengantisipasi merembesnya air hujan yang bisa memicu retakan lebih besar atau bahkan longsor.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement