Liputan6.com, Jakarta Pasca Debat Capres putaran ke-2 antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto yang diadakan pada Minggu (17/2) malam, warganet ramai membicarakan tentang istilah "unicorn". Hal ini dikarenakan saat Jokowi membahas tentang strategi peningkatan startup unicorn, Prabowo bertanya balik tentang definisi unicorn.
Jika melihat istilah tersebut dari sisi bisnis, unicorn bisa diartikan sebagai perusahaan startup dengan valuasi antara 1 miliar USD hingga 10 miliar USD. Namun, tampaknya warganet banyak yang berkelakar dengan menghubungkan istilah tersebut dengan definisi yang lebih umum yaitu "hewan bertanduk satu".
Advertisement
Melansir Live Science pada Senin (18/2/2019), unicorn merupakan salah satu makhluk mitos paling terkenal di dunia. Beberapa teori menyatakan bahwa hewan tersebut secara bertahap sudah berevolusi. Dalam laporan awal di abad keempat, dokter Yunani Ctesias pernah mencatat tentang hal itu.
"Di India ada hewan liar tertentu yang sebesar kuda, bahkan lebih besar. Tubuh mereka berwarna putih, kepala mereka merah tua, dan mata mereka biru tua. Mereka memiliki tanduk di dahi yang panjangnya sekitar satu setengah kaki," tulisnya. Dia menambahkan, tanduk ini berwarna putih, merah, dan hitam.
Bahkan, hewan yang sering digambarkan sebagai kuda bertanduk satu ini banyak dibahas oleh beberapa tokoh seperti Aristoteles, Julius Caesar, hingga Marco Polo. Para peneliti juga meyakini keberadaan hewan ini seiring dengan ditemukannya isi kitab suci Perjanjian Lama yang menyebutkan tentang hewan ini.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Tanduk yang mampu menyembuhkan penyakit
Walaupun banyak literatur, namun tetap saja belum ada bukti yang benar-benar menunjukkan eksistensi hewan yang menjadi lambang negara Skotlandia itu. Beberapa orang percaya bahwa binatang semacam ini telah punah sejak lama. Sementara sebagian orang lain percaya bahwa mereka "berlindung" di sebuah negeri yang jauh.
Namun, beberapa orang menyatakan bahwa mereka telah melihat unicorn secara sporadis. Mengutip Mysterius Universe, pada 1991 ahli alam Austria, Antal Festetics diduga menangkap pergerakan hewan ini ketika merekam dokumenter satwa liar di Pegunungan Harz, Jerman.
"Tiba-tiba seekor unicorn datang ke arahku dengan cepat. Ada cahaya di sekitar binatang itu. Kudaku hampir melemparku dan kemudian itu hilang dengan cepat," katanya pada majalah Die Ganze Woch.
Cerita yang beredar menyatakan bahwa unicorn sangat diburu karena manfaat dari tanduknya. Dipercaya, benda itu memiliki kekuatan magis dan berguna untuk penyembuhan seperti penetral racun.
Tahun 1600-an, surat kabar London memuat sebuah iklan ramuan yang terbuat dari tanduk unicorn. Diklaim, obat itu bisa menyembuhkan borok, kudis, kesedihan, pembengkakan kelenjar getah bening, hingga TBC. Dalam budaya populer seperti film Harry Potter bahkan menggambarkan darah hewan ini bisa memperpanjang usia.
Sekalipun belum ada yang bisa membuktikan keberadaannya, tampaknya kepopuleran unicorn tidak akan pernah luntur. Apalagi, istilah tersebut saat ini telah digunakan dalam bidang lain. Contohnya untuk menggambarkan majunya sebuah perusahaan startup.
Advertisement