Liputan6.com, Jakarta Selama ini, olahraga atau aktivitas fisik banyak dikaitkan dengan lebih rendahnya tingkat depresi. Sebuah penelitian terbaru bahkan menegaskan bahwa kegiatan sederhana seperti lari ataupun berjalan selama 15 menit merupakan cara mudah untuk mengurangi depresi.
Studi yang dipublikasikan di JAMA Psychiatry mengklaim bahwa mereka memberikan bukti terkuat terkait olahraga memiliki efek perlindungan dari depresi. Mereka menggunakan data genetik dari 300 ribu orang dewasa.
Advertisement
Para peneliti dari Massachusetts General Hospital, Amerika Serikat menemukan, orang dengan tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi memiliki kemungkinan lebih rendah terkena gangguan depresi. Hal tersebut dinyatakan oleh ketua penelitian Karmel Choi.
Penelitian menunjukkan bahwa mengganti perilaku tidak aktif atau sedentary dengan aktivitas fisik selama 15 menit saja, bisa mengurangi risiko depresi hingga 26 persen. Angka ini adalah rata-rata yang didapatkan para ilmuwan.
"Melakukan lebih banyak aktivitas fisik tampaknya melindungi dari berkembangnya depresi dan aktivitas apa pun lebih baik daripada tidak sama sekali," kata Choi seperti dikutip dari abc.net.au pada Selasa (19/2/2019).
Simak juga video menarik berikut ini:
Aktivitas fisik bagi orang dengan depresi
Walaupun begitu, belum diketahui apakah orang yang terdiagnosis depresi akan terpengaruh aktivitas fisiknya. Namun, peneliti senior dari Western Sydney University, Joseph Firth mengatakan bahwa ada kemungkinan hal tersebut bisa terjadi.
"Ini masih menjadi sebuah kasus bahwa orang dengan depresi kurang aktif daripada populasi umum, tetapi (penelitian) mengatakan belum tentu depresi itu sendiri yang mendorong keterkaitan semacam itu," kata Firth yang tidak terlibat dalam studi tersebut.
Firth mengatakan, hal itu bisa terjadi karena faktor sosial ketimbang genetik dari depresi. "Sehingga, masih penting berpikir bahwa aktivitas fisik bisa menjadi intervensi bagi orang dengan depresi," ujarnya.
Selama ini belum terlihat bagaimana keterkaitan' sebab-akibat' antara olahraga dan juga depresi. Para peneliti dalam studi tersebut menggunakan kerangka kerja genetik. Ini karena gen secara acak ada di dalam tubuh bahkan sebelum kelahiran. Selain itu, sebagian besar, tidak tergantung pada faktor lingkungan dan sosial.
Advertisement
Varian genetik tertentu
Para peneliti melihat bahwa orang-orang yang membawa varian genetik terkait peningkatan aktivitas fisik. Mereka mencari tahu apakah varian itu berdampak pada risiko depresi.
Choi mengatakan, jika olahraga memang mengurangi depresi, maka orang dengan varian gen tersebut seharusnya secara proporsional memiliki kemungkinan lebih kecil terkena depresi.
"Jika A menyebabkan B di dunia nyata, faktor apa pun yang mempengaruhi A juga harus mempengaruhi B dengan cara yang sama," tambah Choi. Temuan tersebutlah yang ditemukan para peneliti. Bahwa tingkat aktivitas fisik yang lebih tingg (diukur secara objektif dan ditunjukkan dengan varian gen), terkait dengan tingkat depresi yang lebih rendah.
"Mengetahui apakah faktor yang benar-benar terkait hasil adalah penting, karena kami ingin berinvestasi dalam strategi pencegahan yang benar-benar berhasil," kata Choi.