Pagi yang Seru di Destinasi Wisata Baru Glamping De'Loana

Destinasi wisata baru di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah ini, menjadi pertanda mulai hidupnya nomadic tourism di kawasan tersebut.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 19 Feb 2019, 06:00 WIB
Foto: Kementerian Pariwisata.

Liputan6.com, Purworejo - Pagi yang syahdu menjadi waktu yang tepat untuk menyusuri keindahan Glamping De'Loano. Destinasi wisata baru di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah ini, menjadi pertanda mulai hidupnya nomadic tourism di kawasan tersebut. 

Baru saja diresmikan berdiri oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya pada 14 Februari 2019, Glamping De Loano yang dilengkapi dengan amenitas nomadic berupa glamp camp, home pod, dan caravan.

Dibangunnya Glamping De'Loano menjadi salah satu wujud program strategis Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yang sedang mengembangkan 10 destinasi pariwisata prioritas.

"Ini sebagai tahap awal dan akan menjadi proyek percontohan nomadic tourism yang sedang terus dikembangkan di empat destinasi prioritas; Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan Borobudur. Glamping De’Loano ini bagian dari pendukung Borobudur," kata Arief Yahya menurut informasi yang diterima Liputan6.com.

Arief Yahya sendiri mengapresiasi pengembangan Glamping De’Loano sebagai sinergi kerja sama antara Badan Otorita Borobudur (BOB) dengan Perum Perhutani. Pada tahap awal BOB menggunakan lahan seluas 1,3 hektare dari total keseluruhan lahan zona otorita sekitar 308 hektare untuk percontohan (show case) serta dalam rangka mengundang investor.

"Bisnis nomadic tourism banyak diminati investor karena karakter bisnis ini murah, cepat operasional, dan cepat kembali modal sesuai dengan karakter pasar potensial yang disasar yaitu para wisatawan milenial," kata Arief Yahya.

Dalam mengembangkan model bisnis ini juga ada konsep ekonomi berbagi atau sharing economy yang memberi keuntungan bagi semua pihak yang terlibat meliputi pemilik lahan, pengelola, dan masyarakat setempat.

Sisi lain keunggulan bisnis nomadic tourism yakni hanya membutuhkan biaya yang tidak mahal dengan keuntungan yang diperoleh relatif singkat.

"Saya berani membuat tagline nomadic tourism yakni solusi sementara, sebagai solusi selamanya. Hal ini sudah terbukti dan sesuai dengan keadaan saat ini," kata Arief Yahya.

Seperti diketahui nomadic tourism menjadi kebutuhan wisatawan milenial sekaligus sebagai solusi dalam mengatasi keterbatas dalam membangun unsur 3A (Aktraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas) di 10 destinasi pariwisata prioritas yang akan diwujudkan pada 2019 ini.

Untuk membangun fasilitas amenitas yang permanen seperti hotel berbintang, pengalaman di Nusa Dua Bali, membutuhkan waktu sekitar 15 tahun. Sedangkan dengan amenitas nomadik atau nomadic amenities (glamp camp, home pod, dan caravan) hanya sekitar 2 tahun.

Begitu pula untuk membangun aksesibilitas wisata nomadik dikembangkan dengan moda transportasi seaplane mudah menghubungkan obyek-obyek wisata yang terbesar di 17.000 pulau di Tanah Air, sedangkan kalau membangun bandara membutuhkan waktu lebih dari 5 tahun.

 

Foto: Kementerian Pariwisata.

Potensi Wisatawan Milenial

Foto: Kementerian Pariwisata.

Potensi wisatawan milenial dunia yang berwisata sebagai backpacker atau wisatawan kelana di seluruh dunia mencapai 39,7 juta. Wisatawan ini terbagi dalam 3 kelompok besar yakni flashpacker atau digital nomad sekitar 5 juta orang, glampacker atau milenial nomad yang menetap sementara di suatu destinasi sembari bekerja sekitar 27 juta orang, dan luxpacker atau luxurious nomad yang mengembara di berbagai destinasi dunia yang instagramable sebanyak 7,7 juta orang. Para luxpacker lebih suka mengembara untuk melupakan hiruk-pikuk aktivitas dunia dan mereka lebih menyukai fasilitas amenitas glamping di kawasan wisata alam, yaitu danau, pegunungan, pantai, atau sungai.

Glamping De’Loano sendiri diharapkan Menpar menjadi destinasi baru yang akan menambah daya tarik bagi destinasi wisata di kawasan Borobudur karena posisinya yang hanya berjarak 10 kilometer sebelah utara bandara baru New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.

Direktur Utama Badan Otorita Borobudur (BOB) Indah Juanita menjelaskan, keberadaan Glamping De’Loano juga sebagai proyek percontohan yang dikembangkan oleh Badan Otorita di bawah Kemenpar diharapkan akan memberikan multiplier effect bagi masyarakat setempat.

"Glamping De’Loano adalah show case. Konsepnya kita buat percontohan masyarakat kemudian mengundang investor untuk berinvestasi," kata Indah Juanita.

Glamping De’Loano menyiapkan 11 tenda eksklusif terdiri dari satu buah mushola dan 10 tenda inap (1 tenda VIP berkapasitas 4 orang dan 9 tenda berkapasitas 6 orang) total kapasitas inap mencapai 60 orang. Menempati lahan 1,3 hektare di kawasan perbukitan yang berudara sejuk, di lokasi glamp camp tersebut dilengkapi sejumlah fasilitas antara lain tourism information semi outdoor restoran, outdoor cinema, cozy seating spot, toilet umum, dan spot-spot foto menarik atau instragramble banyak diminati wisatawan milenial.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya