Liputan6.com, Beijing - Otoritas China tengah mendorong pembangunan energi terbarukan ke tingkat yang lebih tinggi, di mana para ilmuwan setempat berencana membangun pembangkit listrik tenaga surya pertama di angkasa luar.
Pembangkit listrik yang mengorbit bumi pada ketinggian 36.000 kilometer itu dapat memanfaatkan energi surya tanpa gangguan di atmosfer, seeprti hilangnya sinar matahari dan kondisi malam, demikian sebagaimana dikutip dari Stuff.co.nz pada Senin (18/2/2019).
Baca Juga
Advertisement
Pembangunan pembangkit listrik eksperimental itu telah dimulai di kota Chongqing, dan dikerjakan oleh lembaga China Science and Technology, lapor surat kabar China Daily di halaman depannya.
Seorang peneliti dari Akademi Teknologi Antariksa Tiongkok, Pang Zhihao, mengatakan sebuah stasiun tenaga surya angkasa luar menjanjikan ketersediaan "sumber energi bersih yang tidak ada habisnya untuk manusia".
Fasilitas itu disebut 99 persen andal dalam memasok energi tanpa henti, dan memiliki enam kali lipat intensitas tangkapan energi ladang pembangkit energi surya di Bumi, kata Pang.
Untuk fase pertama, ilmuwan China berencana membangun pembangkit tenaga surya berukuran kecil hingga menengah, yang akan diluncurkan ke stratosfer untuk menghasilkan listrik, sekitar tahun 2012 atau 2025 mendatang.
Langkah selanjutnya adalah merancang stasiun tenaga surya ruang tingkat Megawatt, yang dijadwalkan mulai memasuki masa konstruksi pada 2030.
Wakil presiden Akademi Teknologi Ruang Angkasa China, Li Ming, mengatakan Tiongkok diperkirakan akan menjadi negara pertama yang membangun stasiun tenaga surya di angkasa ruang dengan nilai praktis.
Simak video pilihan berikut:
Tantangan Berat Pembangkit Listrik
Salah satu tantangan teknis tersulit, menurung Pang, adalah berat pembangkit listrik, yang diperkirakan bermassa 1.000 ton, lebih besar dari 400 ton Stasiun Ruang Angkasa Internasional.
Para peneliti sedang memeriksa apakah pabrik ruang angkasa dengan robot dan teknologi cetak tiga dimensi (3D), dapat membangun pembangkit listrik tersebut langsung di stratosfer, demi menghindari kebutuhan meluncurkan struktur berat dari Bumi.
Energi matahari akan dikonversi menjadi listrik dan gelombang mikro atau laser, yang kemudian dikirimkan ke Bumi.
Dampak keamanan jangka panjang dari radiasi gelombang mikro pada pembangkit energi ruang angkasa ini masih terus dipelajari, termasuk dampak pada atmosfer dan ekologi Bumi, kata para peneliti.
Selain mengatasi masalah polusi bahan bakar fosil di Bumi, pembangkit tenaga surya itu juga bisa mendukung program eksplorasi angkasa luar milik pemerintah China, melalui penyediaan pasokan energi, kata laporan itu.
Advertisement