Liputan6.com, Jakarta - Debat capres jilid kedua yang berlangsung 17 Februari 2019 meninggalkan pro dan kontra soal penampilan masing-masing capres. Kedua paslon memiliki catatan tersendiri termasuk performa Prabowo Subianto.
Pengamat politik The Habibie Center Bawono Kumoro menilai, Prabowo terkesan bingung dengan narasi besarnya sendiri selama debat capres di Pilpres 2019. Menurut dia, Prabowo tidak konkret menjabarkan narasinya selama berdebat dengan Jokowi.
Advertisement
"Saya melihat Pak Prabowo agak bingung dengan narasi besarnya. Lebih suka berputar dalam narasi-narasi besar," ujar Bawono dalam sebuah diskusi di Jakarta, Senin (18/2/2019).
Dia mencontohkan narasi soal Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, pendekatan kerakyatan, kemandirian, hingga swasembada merupakan narasi besar yang gagal dijelaskan Prabowo. Akibatnya, ia melihat narasi tersebut dinilai sebagai retorika oleh sejumlah pihak.
Lebih lanjut, Bawono juga menyinggung soal pemahaman Prabowo soal istilah unicorn dalam dunia bisnis digital. Ia menyayangkan Prabowo justru menyerang tidak sepakat dengan status tersebut karena khawatir membawa banyak uang ke luar negeri.
Padahal itu bisa dieksplorasi lagi, misalnya, membatasi kuota barang impor yang dijual oleh sejumlah start up bisnis digital di Indonesia agar barang karya anak bangsa bisa lebih dominan.
"Tapi Pak Prabowo tidak mengeksplore itu. Saya melihat Pak Prabowo terjebak pada narasi besar sehingga beberapa kesempatan meletakkan mic," ungkap Bawono.
Prabowo Dinilai Tak Nyaman
Di tempat yang sama, Pengamat politik Emrus Sihombing menilai Prabowo tidak dalam kondisi yang nyaman usai Jokowi menyinggung soal kepemilikan lahan. Dia melihat langkah Jokowi membeberkan aset lahan yang dimiliki Prabowo sangat menohok.
"Saya tidak menyangka Pak Jokowi menyampaikan lontaran komunikasi yang menurut saya sangat telak bagi Prabowo. Karena setelah itu Prabowo kelihatannya tidak lagi dalam situasi yang nyaman karena langsung menohok," ungkap Emrus.
Dia menilai pernyataan Jokowi soal yang dimiliki Prabowo bukan suatu hal yang tidak baik. Selama berdasarkan data, hal itu bisa digunakan dalam debat.
"Sepanjang itu data dan fakta silakan saja. Kecuali itu tidak fakta. Karena ketika itu dilontarkan, Pak Prabowo tidak menyangkal," jelas Emrus.
Dia pun menyarankan, tim sukses Prabowo untuk lebih rajin memberi masukan agar dalam debat selanjutnya lebih tanggap menjawab.
"Secara keseluruhan bahwa perdebatan itu saya pastikan dimenangkan oleh Joko Widodo. Kalau diskor, lewat penilaian subjektif minimal 3-2. Kalau akademik saya harus buat indikatornya," pungkasnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement