Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah diajak untuk lebih bersahabat dengan para pelaku start-up di Indonesia. Ini penting agar para anak muda di bidang start-up mendapat ruang berkembang.
Ini dijelaskan oleh Guru besar FEB Universitas Indonesia Rhenald Kasali. Ia meminta agar pemerintah lebih bersahabat perihal aturan, dan situasi terkini pun dinilai sudah lebih baik.
"Pernah ada masanya regulator itu tidak friendly pada ojek online, taksi online, sekarang diberi kesempatan, tidak dirazia," ungkap Rhenald Kasali ketika berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (19/2/2019).
Baca Juga
Advertisement
Ia pun membeberkan berapa regulasi yang dapat diatur pemerintah demi membantu para start-up.
"Kita perlu regulasi tentang Ekonomi Platform, pembiyaaan atau investasi inovatif berbasiskan intangibles (harta-harta nontangible), ketentuan mengenai Sharing Resources atau Orkestrasi Aset, Perkantoran Berbagi, Pembebasan Ijin bagi Perguruan Tinggi untuk membuka program study IT, Logistik Online, Insentif untuk usaha-usaha Big Data dan Pembuatan Sensor, dan lain-lain," jelasnya.
Hal lain yang baginya juga penting adalah membantu urusan pembiayaan dan perkantoran bagi start-up. "Juga perlu diwaspadai tekanan-tekanan dari para pelaku usaha lama yg tersaingi," tegasnya.
Ia pun mengingatkan agar para aparat juga bersahabat dengan para start-up. Pasalnya pelaku start-up tak lain adalah anak-anak dari generasi lama.
"Sebaiknya juga aparat-aparat lebih friendly terhadap usaha anak muda, karena ini isinya anak-anak kita semua. Orang tuanya kan sekarang menjadi regulator, menjadi dosen, menjadi pengusaha senior, tetapi anak-anaknya sudah masuk start-up semuanya," jelas Rhenald.
Lebih lanjut, ia mengingatkan, zaman sudah berganti, ada masanya ketika dunia bisnis dikuasai perusahaan besar. Sekarang, platform digital mulai memimpin.
"Global brand terlah berubah menjadi platform bukan lagi korporasi. Era 80-an perusahaan-perusahaan terbesar di dunia itu tambang seperti Exxon, BP, Petrogas. Tahun 2000-an perusahaan tambang batu bara, dan sebagian perusahaan konsumsi massal. Tahun 2015 ke sini penguasa dunia itu namanya platform," tegas Rhenald.
Bisnis Dulu vs. Sekarang
Pernyataan Rhenald Kasali pun ada buktinya. Bila kita melihat daftar orang-orang terkaya di dunia, setengah miliarder di 10 besar dikuasai mereka yang mengandalkan platform, bukan pabrik.
Berdasarkan Bloomberg Billionaire Index, orang terkaya di dunia, Jeff Bezos, mengandalkan platform Amazon. Mark Zuckerberg di peringkat 5 juga mengandalkan platform Facebook.
Orang terkaya lain yang sukses berkat digital platform adalah Bill Gates (Microsoft) Larry Ellison (Cloud) serta Larry Page dan Sergey Brin (Google).
Seperti diketahui pula, Jack Ma sebagai orang terkaya di China memiliki platform Alibaba. Kebanyakan dari mereka tak mengandalkan pabrik seperti pengusaha zaman dulu.
Inilah mengapa Rhenald Kasali menyebut pemimpin perlu memahami perbedaan bisnis zaman dahulu dan isu start-up di zaman sekarang.
"Asetnya (start-up) lebih banyak intangibles, bukan tangibles lagi. Nah, pemimpin lama kebanyakan (pemahamannya) tangibles," jelasnya.
Advertisement